Jakarta, FORTUNE - Fortune kembali merilis daftar Fortune Global 500 yang merupakan urutan 500 perusahaan top dunia yang diukur berdasarkan pendapatan tahunan konsolidasi perusahaan. Ini merupakan ajang tahunan yang sudah digelar sejak 1955.
Kini, tepat 70 tahun Fortune merilis daftar Fortune 500. Menariknya, selama tujuh dekade, hanya 0,03 persen dari perusahaan yang didirikan di Amerika Serikat yang berhasil masuk daftar ini, dan masing-masing harus memenuhi kualifikasi setiap tahun; puluhan di antaranya biasanya tidak. Sejak awal perilisan, hanya 49 yang tak bergeser dari daftar ini setiap tahunnya. Salah satunya adalah Olympian—korporat Amerika.
Apa yang dimiliki oleh 49 perusahaan luar biasa ini? Analisis mengungkapkan, bahwa keajaiban mereka sudah bekerja jauh sebelum Fortune 500 pertama kali diterbitkan. Sebagian besar dari mereka tumbuh begitu pesat sehingga masuk dalam setengah teratas dari peringkat di tahun 1955.
Perlu dicatat, hampir suluruh perusahaan merupakan produsen atau perusahaan minyak karena pada tahun tersebut daftar Fortune 500 tidak termasuk perusahaan jasa seperti pengecer, bank, asuransi, utilitas, dan penyedia transportasi (industri-industri tersebut baru mulai masuk sejak 1996).
Selain itu, banyak dari daftar itu merupakan perusahaan lawas—DuPont telah berkembang selama 153 tahun, Colgate-Palmolive selama 149 tahun, Deere dan Procter & Gamble selama 118 tahun.
Beberapa dekade sebelum Fortune 500 muncul, seleksi alam telah mengidentifikasi sebagian besar dari 49 perusahaan itu sebagai sequoia bisnis. Namun hal itu tidak sepenuhnya menjelaskan mengapa mereka telah bertahan dan berkembang selama 70 tahun sejak daftar pertama kali diterbitkan, bahkan banyak dari perusahaan tua lainnya telah hilang.
Lalu apa kekuatan yang membuat bisnis mereka terus bertahan? Analogi Darwinian menunjukkan bahwa 49 perusahaan itu harus menjadi juara dalam hal adaptabilitas, dengan kelincahan merespons lingkungan yang terus berubah. Namun, jika diteliti lebih dalam, faktor fundamental dalam kesuksesan mereka yang luar biasa ini berbeda secara halus.
Wawasan kunci datang dari Jim Collins dan Jerry Porras, penulis buku laris Built to Last: Successful Habits of Visionary Companies. Temuan keseluruhan mereka, yang pertama kali diterbitkan pada 1994, terbukti akurat. Mereka memilih daftar "perusahaan visioner" dan menganalisis masing-masing terhadap "perusahaan pembanding" yang serupa, yang berada di industri yang sama dan berkinerja baik, tetapi tidak sebaik perusahaan visioner.
Kini atau tepat 30 tahun setelah buku itu diluncurkan, 17 perusahaan visioner yang disebutkan memenuhi syarat untuk Fortune 500 berada dalam daftar 500; hanya enam dari perusahaan pembanding yang berada dalam daftar tersebut.
Prinsip dan nilai untuk bertahan
Setelah bertahun-tahun penelitian, Collins dan Porras mengidentifikasi beberapa prinsip untuk para pemimpin. Prinsip terpenting, dan faktor utama dalam kinerja 49 perusahaan tersebut adalah "mempertahankan inti dan merangsang kemajuan." Collins, yang kemudian menulis buku best seller berjudul Good to Great dan Great by Choice, mengatakan kepada Fortune, "Semakin saya hidup dengan itu, semakin saya berpikir itu mungkin adalah gagasan penjelas terdalam di seluruh beberapa dekade penelitian yang saya miliki kehormatan untuk terlibat."
Inti sebuah perusahaan yang ditekankan bukanlah strategi, struktur, teknologi, atau bahkan budaya. Seiring waktu, "semua hal itu akan berubah," kata Collins. Inti adalah DNA perusahaan adalah alasan keberadaannya.
Collins mengatakan, perusahaan visioner ketika dibandingkan dengan perusahaan pembanding "memiliki kesetiaan yang jauh lebih dalam terhadap nilai-nilai inti mereka dan pemahaman yang jelas, serta memiliki tujuan inti selain hanya menghasilkan uang."
CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan kepada Fortune, "Pfizer ada untuk memberikan terobosan bagi pasien." CEO Colgate-Palmolive Noel Wallace mengatakan bahwa komitmen karyawan terhadap "tujuan kami" dan "nilai yang kami bagikan" adalah kunci kinerja jangka panjang perusahaan. CEO Eli Lilly David A. Ricks mengatakan, "Umur panjang Lilly berakar pada tujuan kami."
Setiap perusahaan menghadapi persaingan dan terkadang harus beradaptasi. Tetapi sebagian besar melakukan apa yang didorong oleh inti kuat dan dunia beradaptasi dengan mereka. Pikirkan kemajuan yang mengubah industri seperti penemuan Johnson & Johnson tentang jahitan steril massal (1887) atau penemuan Procter & Gamble tentang deterjen sintetis (1933) atau penemuan DuPont tentang nilon (1935).
Empat puluh sembilan perusahaan tersebut sama sekali tidak sempurna. Mereka tidak mencapai reputasi tinggi mereka dengan menghindari keputusan buruk.
Faktor kunci yang membedakan perusahaan-perusahaan ini adalah kemampuan superior mereka untuk pulih dari kesalahan. Pertimbangkan Coca-Cola’s New Coke, kesalahan bersejarah yang pada tahun 1985 membuat marah bangsa seperti tidak ada strategi pemasaran lainnya sebelumnya atau sesudahnya.
Namun, kini kesalahan tersebut adalah titik yang tidak terlihat pada grafik harga saham yang baru-baru ini mencapai level tertinggi sepanjang masa. Semuanya telah melewati krisis besar yang serupa.