Sistem WFO Membuat Perusahaan Kehilangan Talenta Perempuan

Tak ada korelasi antara prestasi kerja dengan WfO.

Sistem WFO Membuat Perusahaan Kehilangan Talenta Perempuan
Ilustrasi pekerja di kantor. 123RF
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Penerapan kembali sistem Work from Office (WFO) atau bekerja dari kantor masih menjadi perbincangan banyak kalangan. Nyatanya sistem ini belum sepenuhnya bisa diterima karyawan dan tidak semua jenis pekerjaan cocok untuk bekerja dari kantor. Dampak penerapan WfO juga berimbas kepada talenta di perusahaan.

Menurut penelitian terbaru Upwork, perusahaan dengan kebijakan kembali ke kantor mengalami penurunan jumlah pekerja perempuan yang signifikan. Pengaturan kerja fleksibel atau Work from Anywhere (WfA), terbukti hampir selalu menjadi rencana terbaik. Perusahaan yang gagal mempertimbangkan keinginan pekerja untuk fleksibilitas harus membayar mahal. Demikian laporan Fortune.com.

Selama lebih dari empat tahun terakhir, pekerjaan fleksibel telah beralih dari sesuatu yang diinginkan menjadi kebutuhan bagi banyak pencari kerja, terutama bagi para pengasuh, pekerja berpenghasilan rendah, dan perempuan. Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan yang bisa menghindari dampak dari mengesampingkan kerja terdistribusi dan berharap mempertahankan seluruh staf mereka.

Riset Upwork juga menemukan dampak besar dari kebijakan kembali ke kantor terhadap perempuan di angkatan kerja. Versi singkatnya: dampaknya sangat buruk bagi mereka.

“Sistem ini tidak bekerja untuk perempuan, jadi mereka memilih keluar untuk Karier alternatif yang lebih fleksibel,” kata Kelly Monahan, Direktur Pelaksana Institut Penelitian Upwork, kepada Fortune.

63% pimpinan kehilangan talenta perempuan karena WFO

Menurut penelitian Upwork, hampir dua pertiga (63 persen) pemimpin C-suite yang perusahaannya mewajibkan karyawan kembali ke kantor mengatakan kebijakan tersebut menyebabkan banyak perempuan berhenti bekerja.

Para eksekutif mengatakan kepada Upwork bahwa mereka kesulitan mengisi posisi kosong tersebut, dan lebih dari separuh setuju bahwa kehilangan karyawan perempuan secara besar-besaran telah menurunkan produktivitas perusahaan.urvei dilakukan terhadap 2.500 pekerja global, termasuk lebih dari 1.500 eksekutif di C level.

“Tidak ada yang mengaitkan waktu di kantor dengan kinerja yang lebih baik; faktanya, justru sebaliknya.  “Itu tidak berarti Anda harus 100 persen bekerja dari jarak jauh—dan perempuan tidak selalu meminta itu—hanya waktu untuk kehidupan di luar pekerjaan,” kata Monahan.

Keinginan pekerja untuk dipercaya menjadi dasar dari semua temuan baru. “Data kami menemukan bahwa pemimpin yang memberikan tingkat fleksibilitas—memberikan opsi hibrida—jauh lebih mungkin untuk lebih mempercayai orang-orang mereka,” ujarnya.

Cara kerja fleksibel meningkatkan kebahagiaan karyawan

Perusahaan terbaik untuk bekerja memiliki karyawan yang bahagia karena penekanan pada kepercayaan dan kesejahteraan, lebih dari gaji atau tunjangan. Monahan mendorong para pemimpin untuk mempertimbangkan apakah keraguan mereka untuk merangkul cara kerja yang lebih fleksibel dan terdistribusi pada intinya adalah masalah kepercayaan.

“Anda tidak bisa memimpin dengan cara yang sama seperti ketika kita semua berada di kantor. Saya mendorong orang-orang yang berada di area abu-abu untuk berdialog dengan tim mereka dan mencari tahu bagaimana pekerjaan tidak sinkron dan memungkinkan kerja yang lebih baik," ujarnya.

Laporan Upwork tahun 2023 menemukan bahwa perusahaan berkinerja tinggi sebenarnya memiliki peluang besar dalam meminta orang kembali ke kantor. Namun, perusahaan yang demikian juga percaya kepada komitmen terhadap fleksibilitas dan kepercayaan. Sebanyak 62 persen dari perusahaan tersebut memberlakukan remote working setidaknya satu hingga dua hari per minggu.

Penelitian dari perusahaan perangkat lunak Atlassian awal tahun ini memperkuat laporan Upwork. Temuann terbaru mengungkapkan bahwa satu dari tiga bos Fortune 500 dan Fortune 1000 yang mewajibkan bekerja full dari kantor mengatakan tidak melihat perubahan produktivitas sebagai hasilnya. Para eksekutif yang sama juga sangat setuju bahwa bagaimana pekerjaan dilakukan jauh lebih penting daripada di mana pekerjaan dilakukan.

Perusahaan yang merangkul fleksibilitas lebih realistis dibandingkan perusahaan yang kaku. Pengukuran kinerja justru lebih mencakup kolom seperti kreativitas, inovasi, pembangunan hubungan dengan pelanggan, kemampuan beradaptasi, dan kontribusi terhadap strategi perusahaan.

“Ini lebih tentang ukuran yang berfokus pada manusia dan hubungan di depan; itulah kenyataan saat ini. “Kita tidak lagi bekerja dalam isolasi,” kata Monahan. 

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil