Jakarta, FORTUNE - Perusahaan Ritel furnitur IKEA melaporkan penurunan laba bersih tahunan signifikan setelah memangkas harga dalam upaya untuk membujuk lebih banyak pelanggan ke toko biru besarnya.
Ingka Group, perusahaan induk waralaba IKEA, mencatat laba bersih sebesar 800 juta euro (US$841,28 juta) untuk periode yang berakhir pada 31 Agustus, turun dari 1,5 miliar euro tahun sebelumnya. Margin laba operasi perusahaan mencapai 3 persen dari laba operasi sebesar 1,3 miliar euro, turun dari periode yang sama 2023 sebesar 2 miliar euro.
Dilansir dari Reuters, Peritel yang mengelola toko di 31 negara dan menyumbang 90 persen dari penjualan IKEA global itu mengatakan bahwa mereka memprioritaskan keterjangkauan daripada laba, menginvestasikan 2,1 miliar euro untuk menurunkan harga berbagai barang mulai dari rak buku hingga perlengkapan tidur.
Pendapatan Ingka Group turun 5,5 persen dari tahun lalu, menjadi 41,8 miliar euro, termasuk penjualan ritel IKEA sebesar 39,6 miliar euro. Namun, perusahaan menggunakan harga yang lebih rendah untuk mendorong tingkat kunjungan toko sebesar 3,3 persen, dengan kenaikan kunjungan ke situs web 28 persen.
"Penjualan berkembang dengan baik sejak kami memulai tahun fiskal ini, dan ini mengkonfirmasi... bahkan jika kami menjual dengan harga rata-rata yang lebih rendah, kami menjual lebih banyak dalam jumlah banyak dan kami mendapatkan akses ke lebih banyak orang," kata Juvencio Maeztu, wakil CEO dan CFO Ingka Group, kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
Penjualan naik
Penjualan barang seperti kasur seharga US$229 dan lemari pakaian IKEA meningkat berkat Diskon harga, tambah Maeztu. Sedangkan kenaikan harga sebelumnya telah mengurangi volume penjualan produk.
Inter IKEA memproduksi produk grup dan memiliki merek tersebut, serta mewaralabakannya ke Ingka Group dan perusahaan lain.
Ingka Group yang dimiliki secara pribadi, menginvestasikan kembali 85 persen laba ke dalam bisnis dan membayar 15 persen kepada pemiliknya Ingka Foundation, mengatakan kemandirian finansialnya memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi dalam jangka panjang.
Ingka, yang juga mengelola pusat perbelanjaan di seluruh dunia, menjual aset terakhirnya di Rusia awal bulan ini, setelah sempat menjual pusat perbelanjaannya di negara itu pada September tahun lalu.