Banyak Mal Bakal Rilis Tahun Ini, Mayoritas di Luar Jakarta

Pasokan ruang ritel akan terus bertambah hingga 2025.

Banyak Mal Bakal Rilis Tahun Ini, Mayoritas di Luar Jakarta
Pengunjung berada di dalam mal Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (3/11/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • 12 mal baru dengan total luas 539.800 meter persegi akan beroperasi di Jabodetabek
  • Mayoritas mal baru berlokasi di luar Jakarta, mengikuti pertumbuhan populasi
  • Pasokan ruang ritel kumulatif diperkirakan akan meningkat 10,2% menjelang akhir 2025

Jakarta, FORTUNE - Cushman & Wakefield melaporkan bahwa pada tahun ini akan ada 12 mal baru dengan total luas 539.800 meter persegi di wilayah Jabodetabek. Sembilan di antaranya dengan luas 425.600 meter persegi berlokasi di luar Jakarta.

Direktur Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo, mengatakan mal-mal baru di luar Jakarta itu muncul karena mengikuti pertumbuhan populasi. Mal-mal itu terletak di kawasan kota mandiri seperti Kota Wisata, Alam Sutera, dan Sentul City.

"Peningkatan jumlah penduduk akan menjadi basis konsumen yang kuat, dan ini adalah faktor kunci keberhasilan properti ritel," kata Arief dalam konferensi pers virtual Marketbeat Q2-2024 pada Kamis (25/7).

Selama paruh pertama 2024, wilayah luar Jakarta mendapatkan dua Pusat Perbelanjaan baru, yaitu Living World Kota Wisata di Bogor dan AEON Mall Deltamas di Bekasi.

Arief menyatakan bahwa pembukaan kedua mal ini menambah 166 ribu meter persegi ruang ritel ke pasar. Secara tahunan, pasokan kumulatif meningkat 8,8 persen, dengan total pasokan mencapai 2,97 juta meter persegi.

Ke depannya, akan ada tambahan delapan pusat perbelanjaan lagi sampai akhir tahun dan awal 2025. Pusat perbelanjaan tersebut Living World Grand Wisata, Hampton Square, Eastvara Mall, Markt Lane Sentul, Mall at Little Tokyo Jababeka, Pakuwon Mall Bekasi, Summarecon Mall Bekasi Fase 2, dan Jakarta Premium Outlet.

“Jika semua pusat perbelanjaan ini sesuai jadwal pengembangan mereka, pasokan ruang ritel kumulatif di wilayah Debotabek diperkirakan akan meningkat sebesar 10,2 persen menjelang akhir tahun 2025,” kata Arief.

Faktor-faktor penentu dari kunjungan pusat perbelanjaan

Arief juga menambahkan bahwa pemilihan lokasi mal ini didasarkan pada aksesibilitas yang baik berkat adanya transportasi umum baru seperti MRT dan LRT. Transportasi umum merupakan pemicu pertumbuhan perumahan baru di suatu kawasan.

Konsep bangunan menjadi faktor kunci setelah populasi perumahan. Oleh karena itu, beberapa mal baru akan memiliki konsep tertentu yang menarik kunjungan konsumen, seperti pusat olahraga atau hiburan dari merek tertentu.

Arief mengatakan penyewa ruang mal kini cenderung menawarkan produk gaya hidup. Dengan demikian, mal dengan tema tertentu dapat menarik pelanggan loyal dan menjaga lalu lintas pengunjung tetap stabil.

Tingkat hunian pasar ritel di luar Jakarta mencapai 73,5 persen pada paruh pertama 2024, menandai penurunan 3,3 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh penambahan pasokan ruang mal baru.

“Selama semester pertama, dua musim liburan besar—Idulfitri dan liburan sekolah—meningkatkan kunjungan ke pusat perbelanjaan, memberikan manfaat besar bagi sektor hiburan,” kata Arief.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil