BYD Bakal Bangun Pabrik Lagi di Turki, Mulai Produksi 2026

BYD memutar otak untuk menghindari kebijakan tarif UE.

BYD Bakal Bangun Pabrik Lagi di Turki, Mulai Produksi 2026
ilustrasi byd dolphin (Dok. byd-indonesia.co.id)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Raksasa produsen kendaraan listrik Cina, BYD, menandatangani perjanjian investasi US$1 miliar dengan pemerintah Turki.
  • BYD akan membangun pabrik dengan kapasitas 150.000 unit per tahun dan menciptakan 5.000 lapangan kerja.
  • Turki menjadikan kendaraan listrik target utama pada sektor otomotif dan menerapkan pajak tambahan untuk kendaraan impor dari Cina.

Jakarta, FORTUNE - Raksasa produsen Kendaraan Listrik Cina, BYD, menandatangani perjanjian dengan pemerintah Turki, Senin (8/7), untuk membuka pabrik dengan nilai investasi US$1 miliar. Hal tersebut disinyalir menjadi strategi BYD dalam menghadapi kebijakan tarif impor kendaraan listrik di Uni Eropa (UE).

Dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (9/7), BYD akan membangun pabrik dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun, dilengkapi dengan pusat penelitian dan pengembangan (R&D). Perusahaan diharapkan dapat memulai proses produksi pada akhir 2026 dan menciptakan 5.000 lapangan kerja.

Penandatanganan perjanjian ini dilakukan oleh CEO BYD, Wang Chuanfu, dan Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki, Mehmet Fatih Kacir, dengan disaksikan langsung Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Kacir mengatakan bahwa pemerintah Turki tidak hanya menghadirkan teknologi dan pusat R&D, tapi juga menjadi pusat investasi global dengan inovasi dan teknologi hijau yang maju.

"Investasi dalam produksi kendaraan generasi baru yang bernilai tambah tinggi di dalam negeri ini akan memperkuat industri otomotif kita," kata dia lewat keterangannya.

Sebagai produsen mobil terbesar ketiga di Uni Eropa, Turki menjadikan kendaraan listrik target prioritas pada sektor otomotif, dan diharapkan menjadi menjadi sektor utama untuk ekspor. Negara ini menjadi pemimpin dalam ekspor roda empat dengan jumlah tahunan lebih dari US$35 miliar.

Pada hari yang sama, Turki juga mengumumkan penerapan pajak tambahan sebesar 40 persen untuk kendaraan impor dari Cina untuk meningkatkan pangsa produksi dalam negeri di pasar Turki dan mendorong investasi.

Komisi UE juga mengumumkan tarif tambahan untuk kendaraan listrik dari Cina.

Dengan adanya komitmen membangun pabrik di Turki, BYD dapat menghindari kebijakan tarif tinggi terhadap barang impor dari Cina.

Turki menuju tranformasi sektor otomotif

Sementara itu, Menteri Perdagangan Turki, Omer Bolat, mengatakan masuknya BYD ke Turki menandakan menariknya insentif yang ditawarkan kepada investor.

Sebagai pusat produksi otomotif Eropa, Turki diklaim mempunyai iklim investasi yang baik, tenaga kerja yang berkualitas, dan perjanjian dagang yang bebas dan luas.

"Berkoordinasi dengan semua lembaga terkait, Kementerian Perdagangan akan terus memberikan kontribusi terhadap kebijakan negara kita berdasarkan proyeksi investasi langsung yang sejalan dengan target produksi dalam negeri, ketenagakerjaan, dan ekspor kita," ujarnya.    

Tidak ada perincian mengenai lokasi pabrik BYD yang akan dibangun, namun diindikasikan bahwa fasilitas tersebut akan dibangun di Provinsi Manisa yang terletak di bagian barat Turki.

Pada Senin (8/7), SWM, produsen mobil Cina lainnya, mengumumkan pengajuan permohonan pembangunan pabrik di Turki.

Sebelumnya, BYD telah membangun pabrik di Thailand dengan kapasitas 150.000 unit kendaraan.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024