Jakarta, FORTUNE – Emiten layanan kesehatan, PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA), tengah menyiapkan strategi guna meminimalisir dampak pelemahan nilai tukar rupiah yang telah melewati Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Dengan adanya pelemahan rupiah, Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty, mengatakan telah berdiskusi dengan bidang operasional perseroan dalam melihat dampak jangka panjang apabila situasi depresiasi mata uang domestik ini terus berlanjut.
Dia mengatakan bahwa Prodia saat ini menggunakan bahan baku dan peralatan kesehatan dengan sistem kontrak dalam rentang lima tahun dengan volume besar. Dengan begitu, perseroan mengalami dampak minimal pelemahan rupiah dalam jangka pendek.
"Setiap kontrak yang lima tahun ini, biasanya ada range dari berapa kurs yang akan dikembangkan dalam harga rupiah, karena transaksi harus dalam rupiah," ujar Dewi dalam acara Public Expose, Kamis (18/4).
Menimbang sebagian besar alat kesehatan Prodia saat ini masih mengandalkan impor, anjloknya nilai tukar rupiah dikhawatirkan akan berdampak terhadap meningkatnya beban perseroan.
Dia berharap beberapa kontrak kerja sama perusahaan masih dalam rentang kurs yang ada sekarang. Dewi juga meminta kepada jajarannya untuk mengecek apakah sudah ada kontrak yang rentang kursnya di atas Rp16.000. Jika ada, perusahaan harus melakukan proses renegosiasi.
"Tapi sampai saat ini, para vendor yang bekerja sama dengan kami belum ada satu pun yang mengajukan kenaikan harga," ujarnya.
Kendati belum merasa terpengaruh dalam jangka pendek, Dewi berharap pelemahan rupiah tidak akan berlangsung lama.
Untuk mendorong pertumbuhan pendapatan pada 2024, Prodia akan mengimplementasikan strategi bisnis dengan mendorong pendekatan kepada pelanggan, baik kepada konsumen maupun antar-perusahaan.
PRDA juga akan mengoptimalkan layanan Prodia Anywhere Services, ekspansi layanan klinik dan outlet, serta meningkatkan kontribusi transaksi digital.
Belanja modal Prodia pada 2024
Prodia telah menyiapkan belanja modal hingga Rp250 miliar pada 2024, yang 30 persennya dialokasikan untuk pembangunan, 55 persen untuk pengembangan teknologi informasi (TI), dan 15 persen untuk belanja aset-aset lainnya.
Pada 2023, Prodia memiliki sekitar 295 cabang yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Rencananya, tahun ini perseroan akan menambah dua laboratorium klinik, 30 point of care (PoC), dan 5 manajemen laboratorium rumah sakit.
Perusahaan tersebut belum merilis laporan keuangan kuartal I-2024 secara publik. Namun, untuk kinerja setahun penuh pada 2023, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk PRDA turun 30,07 persen secara tahunan menjadi Rp259,87 miliar, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp371,64 miliar.
Sementara itu, pendapatan PRDA naik 1,87 persen menjadi Rp2,2 triliun pada 2023, dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,18 triliun.