Jakarta, FORTUNE - Industri Semen mengalami kelebihan kapasitas produksi seiring dengan terus tumbuhnya kapasitas produksi yang mencapai 119,9 juta ton dan utilisasi produksi sebesar 55 persen.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Lilik Unggul Raharjo, memproyesikan tahun ini pertumbuhan permintaan semen hanya naik 3 persen dibandingkan dengan 2023. Dengan begitu, utilisasi tahun ini hanya mencapai 57 persen dari total kapasitas produksi.
“Jadi, betul-betul overkapasitas. Banyak pabrik yang terpaksa idle, tidak sepenuhnya jalan dalam setahun, jalan beberapa lama doang,” kata Lilik saat ditemui di Jakarta, Senin (3/6).
Lilik mengatakan kondisi kelebihan kapasitas produksi ini tidak dapat dilepaskan dari kelanjutan pembangunan pabrik yang memiliki izin sejak lama.
“Kalau ada pabrik semen baru lagi, utilitas [akan] semakin rendah. Kalau utilitasnya semakin rendah, biayanya semakin tinggi,” ujarnya.
Secara total, 16 perusahaan semen di dalam negeri memiliki 23 pabrik dengan total 25 mesin produksi, yang 11 di antaranya berada di Pulau Jawa.
Jangan ada pabrik semen baru
Untuk meningkatkan permintaan, Lilik menyatakan perlunya peningkatan konsumsi semen per kapita di dalam negeri. Saat ini konsumsi semen per kapita Indonesia masih rendah pada 0,23 ton per kapita. Sementara itu, mengacu pada rata-rata konsumsi semen global, konsumsi ideal semen per kapita minimal 0,37 ton.
“Kami berharap pertumbuhan ekonomi terus tumbuh, GDP tumbuh, sehingga pembangunan berjalan, ekonomi berjalan, sehingga konsumsi semennya akan naik,” ujarnya.
Lilik mengatakan dengan mengacu pada proyeksi United Nations Development Programme (UNDP) bahwa jika konsumsi semen per kapita Indonesia mencapai 0,37 ton, maka akan terjadi keseimbangan antara konsumsi dan produksi.
“[Pada] 2035 itu antara kapasitas dan penduduknya (supply-demand) sama. Kami harapkan jangan ada tambahan kapasitas baru. Kalau enggak, tambah berat nanti,” katanya.
Sebelumnya muncul kabar bahwa PT Kobexindo Cement, konsorsium Hongshi Holding Group asal Cina, menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk mendirikan pabrik semen baru.
Perjanjian ini diteken pada 18 Mei 2024 di Jakarta.
Pabrik baru tersebut diperkirakan memiliki kapasitas produksi hingga 6 juta ton per tahun, dengan nilai investasi yang ditaksir mencapai Rp10 triliun.