Jakarta, FORTUNE – Tesla melaporkan kinerjanya pada kuartal I 2024 mengalami penurunan signifikan. Perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk itu mengalami penurunan laba bersih hingga 55 persen secara tahunan bila dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya mencapai US$2,51 miliar.
Fortune melansir, Rabu (24/4), bahwa Tesla berhasil mengantongi pendapatan hingga US$21,3 miliar atau turun 9 persen secara tahunan. Pelemahan kinerja tersebut kemungkinan merupakan dampak dari ketatnya persaingan pada pasar kendaraan listrik.
Tesla menyalahkan perburukan kinerja pada serangan pembakaran di pabriknya di Jerman, yang mengakibatkan terhentinya operasional pabrik, ketika sedang mengalihkan produksi Model 3 ke pabrik baru.
Dalam suratnya kepada investor, Tesla juga mengatakan bahwa penjualan kendaraannya memang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Sebab, perusahaan sedang menyiapkan peluncurunan kendaraan model terbaru, dan produk lainnya.
Kendaraan generasi berikutnya tampaknya adalah Model 2 yang lebih murah, dan diperkirakan bakal dijual seharga US$25.000. Hal ini memberikan Tesla lebih banyak daya tarik bagi pembeli pasar massal.
Perusahaan juga tampaknya akan mengandalkan kendaraan yang dibuat menjadi robotaksi yang sepenuhnya otonom sebagai katalis untuk pertumbuhan pendapatan pada masa mendatang. Elon, sang CEO perusahaan, mengatakan robotaxi akan diluncurkan pada 8 Agustus 2024.
Dia telah menggembar-gemborkan robotaksi sebagai katalis pertumbuhan bagi Tesla sejak perangkat kerasnya mulai dijual pada akhir 2015. Dia menyebut sistem itu full self-driving.
Meskipun perusahaan tersebut juga mengatakan pada laman resminya bahwa kendaraan tidak dapat mengemudi sendiri, dengan manusia tetap harus siap mengambil kendali setiap saat.
Mendorong taksi otonom sebagai pendapatan baru perusahaan
Pada 2019, Elon menjanjikan armada robotaksi otonom pada 2020 akan memberikan pendapatan bagi pemilik Tesla dan membuat nilai mobilnya terapresiasi.
Kenyataannya, mereka malah melakukan pemotongan harga karena adanya penundaan pada robotaksi otonom dari tahun ke tahun ketika perusahaan mengumpulkan data jalan untuk komputernya.
Selama akhir pekan lalu, Tesla memotong harga Model Y, S dan X sebesar US$2.000 di AS dan dilaporkan melakukan pemotongan di negara lain termasuk di Cina. Harga ongkos full self-driving pun terdampak hingga sepertiganya menjadi US$8.000 .
Dalam catatannya kepada investor pada Senin, analis Bank of America Global Research, John Murphy, menyatakan saham Tesla telah berada dalam tekanan sejak awal tahun karena penjualan kendaraan listrik yang lebih lemah, dan produksi yang melebihi permintaan.
“Kami tetap skeptis terhadap prospek pertumbuhan Tesla, namun juga melihat peluang karena perusahaan akan mengungkap pendorong pertumbuhan masa depan (robotaksi dan Model 2) dalam beberapa bulan mendatang,” kata Murphy.