Produksi Wine Prancis Diprediksi Tergerus Akibat Cuaca Buruk

Prancis mengalami kejenuhan untuk pasar wine.

Produksi Wine Prancis Diprediksi Tergerus Akibat Cuaca Buruk
Produk TWO Islands dari PT Hatten Bali Tbk. (dok. WINE)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Hasil produksi kemungkinan mencapai 37,5 juta hektoliter, 15% di bawah rata-rata lima tahun.
  • Penurunan produksi terjadi pada semua jenis wine, terutama dari Burgundy, Beaujolais, dan Champagne serta anggur untuk produksi brendi.

Jakarta, FORTUNE - Produksi Wine Prancis pada 2024 diperkirakan turun 22 persen karena terganggu cuaca buruk di semua area perkebunan.

Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian Prancis, hasil produksi dari produsen Anggur terbesar dunia ini kemungkinan mencapai 37,5 juta hektoliter pada 2024, yang juga 15 persen di bawah rata-rata dalam lima tahun.

"Penurunan ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menguntungkan yang berdampak pada semua daerah penghasil anggur," demikian laporan tersebut, dikutip Fortune.

Semua jenis wine kemungkinan akan mengalami penurunan produksi, terutama dari Burgundy, Beaujolais, dan Champagne serta anggur yang ditujukan untuk produksi brendi.

Pada tahun lalu, produksi wine Prancis mencapai titik terendah dalam 60 tahun, tetapi kelebihan pasokan global masih berlanjut, yang menunjukkan bahwa permintaan menurun lebih cepat. Kondisi perubahan iklim yang kacau juga merugikan produsen.

Pemerintah Prancis bahkan sampai membantu beberapa petani mencabut tanaman anggur secara permanen.

Cuaca buruk juga merusak tanaman pangan lain di Prancis, produsen pertanian terbesar di Uni Eropa. Panen gandum diperkirakan anjlok ke titik terendah dalam 40 tahun.

Konsumsi wine bakal terus menurun

Laman DW melansir, Rabu (9/10), bahwa asosiasi penanam anggur Bordeaux, Conseil Interprofessionnel du Vin (CIVB), mengungkap kekhawatiran mengenai masa depan industri anggurnya. Penjualan anggur merah di supermarket, yang mencakup setengah dari total penjualan, terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2022, penurunannya sangat tajam, mencapai 15 persen, kemungkinan karena dampak inflasi yang tinggi. CIVB memperkirakan konsumsi anggur di Prancis bisa turun hingga 60 persen dalam 10 tahun ke depan.

Para ahli menjelaskan bahwa penurunan ini bukan hanya akibat perubahan budaya atau berkurangnya minat masyarakat Prancis terhadap wine.

Dulu, segelas anggur merah sering menjadi pelengkap saat makan. Namun, kini semakin banyak orang yang menghindari alkohol saat makan siang. Selain itu, kesalahan manajemen dan tekanan persaingan dari produsen anggur internasional turut memperburuk situasi.

Para petani anggur di wilayah Bordeaux, Lembah Rhône, dan Languedoc merasa pemerintah harus membantu mereka menghadapi perubahan ini. Bersama Uni Eropa, pemerintah kini menyetujui alokasi dana sebesar 160 juta euro untuk kampanye distilasi.

Dana ini akan digunakan untuk membeli 2,5 juta hektoliter anggur, terutama anggur merah, yang akan disuling. Alkohol yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk produksi parfum, desinfektan, atau bahan bakar bioetanol, sehingga sekitar dua pertiga surplus anggur dapat terserap.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

5 Perbedaan JKN, KIS dan BPJS Kesehatan, Harus Tahu!
Kejar Profit, Unilever Rombak Rantai Pasok Bisnis Home Care di Eropa
Data OJK: Warga Indonesia Banyak Tak Patuh Bayar Utang Paylater
Kemendag: Aplikasi Temu Bisa Dapat Izin jika Taati Aturan Permendag 31
Apple Belum Investasi Penuh di Indonesia, Halangi Masuknya iPhone 16
49.062 Orang Dapat Insentif Motor Listrik, Ini Cara Pengajuannya