Mungkin Anda sudah tidak asing dengan merek Uniqlo. Brand fashion UNIQLO berasal dari Jepang dan dikelola oleh jaringan perusahaan ritel Fast Retailing (9983.T).
Pada awal Januari 2025, Fast Retailing melaporkan kenaikan laba operasi perusahaan sebesar 7,4 persen dalam kuartal pertama dari tahun fiskal 2025. Hal ini merupakan sebuah awal yang baik bagi rencananya untuk mencapai rekor laba selama empat tahun berturut-turut.
Lantas, siapa pemilik UNIQLO? Berikut ulasannya di bawah ini.
Siapa pemilik UNIQLO?
Merek fashion UNIQLO dimiliki oleh pebisnis sukses asal Jepang, Tadashi Yanai. Tadashi, pria kelahiran 7 Februari 1949, merupakan Chairman, Presiden, sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Fast Retailing Co., Ltd, induk perusahaan yang menaungi UNIQLO.
Melansir situs resminya, UNIQLO merupakan perusahaan pakaian jadi yang didirikan di Yamaguchi, Jepang pada 1949 silam sebagai produsen tekstil. Kini UNIQLO menjadi salah satu merek global yang memiiki lebih dari 1.000 toko di seluruh dunia.
Kekayaan Tadashi Yanai
Mengutip Forbes, Tadashi Yanai memiliki kekayaan bersih sebesar 43,9 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp712,9 triliun per. Hal itu yang membuatnya menjadikan orang terkaya hingga kini di Jepang.
Menurut Bloomberg Billionares Index, Tadashi Yanai saat ini berada di posisi ke-27 orang terkaya di dunia.
Keuntungan UNIQLO terus meningkat
Dilansir Channel News Asia, Jumat (17/1) Fast Retailing membeberkan laba sebesar 157,6 miliar yen atau setara Rp16,5 triliun dalam tiga bulan, yaitu dari September hingga November 2024 lalu.
Realisasi yang didapatkan induk usaha UNIQLO tersebut naik sebesar 7,4 persen, jika dibandingkan capaian periode September-November 2023 yaitu senilai 146,7 miliar yen atau setara Rp15,4 triliun.
Angka tersebut menunjukkan sedikit di bawah dari perkiraan konsensus London Stock Exchange Group (LSEG), yakni senilai 160 miliar yen atau setara Rp16,8 triliun.
Sementara itu, Fast Retailing telah mempertahankan perkiraan laba operasi setahun penuh pada tahun fiskal 2025 sebesar 530 miliar yen atau setara Rp55,8 triliun. Adapun rekor laba operasi di tahun fiskal 2024 lalu sebesar 500,9 miliar yen atau setara Rp52,7 triliun.
Mengutip situs resminya, induk usaha UNIQLO tersebut melaporkan pendapatan tahun fiskal 2024 yaitu sebesar 3,1 triliun yen atau setara Rp327 triliun. Pendapatan melampaui 3 triliun yen dan laba operasi melewati angka 500 miliar yen itu perdana didapatkan oleh Fast Retailing.
Penjualan domestik dan internasional
Di samping itu, Fast Retailing sudah lama dianggap sebagai penentu belanja konsumen di Jepang dan baru-baru ini di Cina. Perusahaan tersebut kini memiliki lebih dari 900 toko UNIQLO di daratan Cina, melansir Channel News Asia, Jumat (17/1).
Penjualan domestik mendapatkan dorongan dari lonjakan belanja bebas bea di tengah maraknya pariwisata di Jepang yang dipicu oleh melemahnya yen.
Namun, pertumbuhan penjualan di Cina melambat, sehingga mendorong Fast Retailing untuk mengurangi pembukaan toko dan mengadopsi strategi scrap-and-build guna mengubah lokasi yang berkinerja buruk dengan mendesain ulang toko.
Selain itu, peningkatan margin keuntungan dan kesadaran merek internasional membantu mendorong hasil rekor tahun sebelumnya. Namun, perusahaan tersebut tetap rentan terhadap perubahan cuaca dan selera mode.
Fast Retailing pun mengatakan bahwa penjualan di Jepang terdorong oleh cuaca dingin di bulan Desember yang meningkatkan permintaan akan bahan termal. Sedangkan di Cina, suhu hangat yang tak sesuai musim menyebabkan penjualan tetap datar di bulan Oktober dan November.
Hasil yang dicapai juga kuat di Amerika utara dan Eropa, di mana perusahaan tersebut tengah melakukan strategi ekspansi yang agresif untuk memenuhi tujuannya menjadi merek pakaian nomor satu di dunia. Di Amerika Serikat bagian selatan, Fast Retailing telah membuka lima toko UNIQLO di Texas pada bulan Oktober 2024 lalu.
Pasar UNIQLO di dalam negeri
Di pasar dalam negerinya, induk usaha UNIQLO itu juga telah menjadi penentu upah di industri jasa. Ingin mempertahankan pekerja yang baik, Fast Retailing mengatakan pada hari Rabu (8/1) bahwa pihaknya bakal menerapkan kenaikan gaji karyawan secara agresif di Jepang.
Kenaikan gaji itu merupakan tindak lanjut dari kenaikan gaji pada tahun 2023, di mana membantu mengguncang prospek upah yang sudah lama hampir mati di Negeri Sakura tersebut. Adapun gaji untuk staf kantor pusat dan penjualan penuh waktu akan meningkat sebanyak 11 persen pada bulan Maret 2025 mendatang.
Fast Retailing menambahkan, sementara gaji tahunan untuk karyawan baru bakal meningkat sekitar 10 persen.