Jakarta, FORTUNE - PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) memperkuat strategi mitigasi gagal bayar kepada kreditur dan vendor. Vice President of Corporate Secretary WSBP, Fandy Dewanto, mengatakan langkah tersebut ditempuh melalui empat cara.
Pertama, meningkatkan pangsa pasar proyek non Waskita Group; kedua, selektif dalam mengambil kontrak kerja atau pesanan baru; ketiga, membentuk komite manajemen risiko; terakhir, meningkatkan efisiensi pada proses produksi.
“Manajemen berkomitmen untuk memastikan pemenuhan hak-hak para kreditur dan vendor melalui penyempurnaan proses bisnis dan penguatan tata kelola serta manajemen risiko,” ujar Fandy dalam keterangan resminya, Senin (17/7).
Fandy mengatakan peningkatan pangsa pasar dilakukan untuk mengurangi ketergantungan WSBP hanya pada satu sumber pendapatan.
Ini dilakukan dengan memperkuat jaringan pemasaran untuk meningkatkan pangsa pasar proyek non Waskita Group seperti proyek yang berasal dari pemerintah, BUMN, dan swasta.
Implementasi dari strategi tersebut dapat terlihat pada capaian kontrak baru WSBP per Mei 2023 yang sekitar 66 persen kontrak barunya diperoleh WSBP dari proyek non Waskita Group.
Selain diversifikasi portofolio, WSBP juga kian selektif dalam mengambil pesanan atau mengikuti proyek baru. Ini dilakukan dengan due diligence yang komprehensif mengenai kemampuan finansial calon pelanggan.
Tujuannya, memitigasi timbulnya risiko gagal bayar dari pelanggan kepada WSBP sehingga berdampak pada kondisi keuangan perusahaan.
“WSBP berupaya meminimalisir piutang tak tertagih dari pelanggan,” jelas Fandy. “Oleh sebab itu, kini kami meningkatkan kehati-hatian dalam melaksanakan proyek baru, kami analisa kelayakan proyek dan kemampuan bayar dari calon pelanggan.”
Komite TKMR dan efisiensi
Dalam hal pembentukan Komite Tata Kelola dan Manajemen Risiko atau Komite TKMR, WSBP memastikan anggotanya berasal dari berbagai bidang seperti teknis operasional, keuangan, K3LMP, hingga bidang hukum.
Komite TKMR bertugas untuk melakukan analisis atas kelayakan proyek atau pesanan baru serta memformulasikan langkah-langkah mitigasi atas risiko yang mungkin timbul dalam pengerjaan pesanan.
“Proyek atau pesanan baru WSBP terlebih dahulu ditelaah secara mendalam oleh anggota Komite, dengan tanpa mengurangi agilitas WSBP dalam menangkap peluang pasar,” kata Fandy.
Terakhir, peningkatan efisiensi dalam proses produksi didorong untuk meningkatkan margin keuntungan yang diperoleh dari setiap pesanan dan proyek yang dikerjakan.
Upaya efisiensi tersebut mencakup digitalisasi proses produksi, pengaplikasian metode kerja yang lebih efisien, hingga inovasi teknis produk. “WSBP memastikan bahwa efisiensi tidak akan mempengaruhi kualitas maupun waktu pengerjaan produk,” ujar Fandy.
Pada dasarnya, seluruh upaya tersebut merupakan komitmen WSBP untuk meningkatkan nilai pemegang saham sesuai dengan tujuan program transformasi bisnis yang berlandaskan penerapan tata kelola, manajemen risiko, dan kepatuhan perusahaan yang baik.