92% Pekerja Sulit Kembangkan Skill Akibat Sibuk Kerja dan Keluarga

Skill yang dibutuhkan pekerja di RI akan bergeser karena AI.

92% Pekerja Sulit Kembangkan Skill Akibat Sibuk Kerja dan Keluarga
ilustrasi serikat pekerja (unsplash.com/Sebastian Herrmann)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pada era kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) saat ini, para pekerja profesional harus mengembangkan Skills baru untuk memajukan karier. 

Namun, penelitian terbaru dari LinkedIn menunjukkan bahwa 92 persen pekerja mengalami kesulitan untuk memprioritaskan pengembangn skill karena komitmen kerja dan keluarga. 

"Sangat penting bagi para profesional untuk fokus pada pembelajaran dan peningkatan skills untuk melindungi karier mereka ke depan," kata Serla Rusli sebagai LinkedIn Career Expert, melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (19/6).

Ini 3 hambatan utama pekerja dalam kembangkan skill

Ilustrasi pekerja kantoran. (Doc: 123RF/pressmaster)

Dalam survei tersebut tercatat, ada tiga hambatan utama pekerja untuk meningkatkan skill termasuk kurangnya waktu akibat jadwal kerja yang padat (33 persen), tanggung jawab keluarga atau komitmen pribadi lainnya (31 persen), dan kurangnya motivasi atau disiplin untuk menyisihkan waktu (27 persen). 

Untuk menghadapi tantangan itu, lanjut Serla, para profesional bisa melakukan ‘Loud Learning’ untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan keterampilan. 

Loud learning ialah menyuarakan ambisi belajar di tempat kerja yang muncul sebagai solusi yang menjanjikan untuk mengatasi masalah ini. Sekitar 83 persen profesional di Indonesia mengatakan bahwa praktik ini dapat membantu mereka meluangkan waktu untuk meningkatkan keterampilan. 

Terdapat tiga cara utama yang digunakan oleh para profesional di Indonesia dalam loud learning. Pertama ialah berbagi pembelajaran dengan rekan tim (47 persen), kedua, membagikan perjalanan pembelajaran atau pencapaian mereka di LinkedIn (40 persen), dan ketiga memberitahu anggota tim tentang waktu belajar mereka (39 persen). Dalam data Linkedin, 72 persen dari para profesional di Indonesia sudah terlibat dalam loud learning.  

Akibat AI, skill yang dibutuhkan pekerja di RI akan bergeser 68%

Ilustrasi penerapan teknologi AI. (dok. IBM)

Di sisi lain, Serla juga menyatakan, keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan di Indonesia diperkirakan akan berubah atau bergeser sebesar 68 persen pada tahun 2030, dipercepat oleh hadirnya AI generatif. 

"Ini merupakan peningkatan yang signifikan dari rata-rata global sebesar 50 persen yang diprediksi sejak tahun 2016," kata Serla. 

Ia menyebut, skema loud learning adalah trik hebat yang dapat mereka gunakan untuk mengatasi tantangan dalam meluangkan waktu untuk belajar. 

"Dengan loud learning, Anda tidak hanya memprioritaskan perjalanan pembelajaran pribadi tetapi juga menginspirasi dan mendorong orang lain untuk meluangkan waktu demi mengembangkan keterampilan," kata Rusli.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

35 Ucapan Maulid Nabi Muhammad 2024, Penuh Makna!
Meninjau Valuasi Spin-Off Anak Usaha Adaro dan Dampaknya
Adhi Karya Digugat PKPU Gara-Gara Proyek Hambalang
Apakah Uang Rp100 Ribu Bisa investasi? Ini Pilihannya
Mobil BYD Mulai Banyak Terlihat di Jalan, Ini Data Impornya
Tiga Pesan Penting Sidang Kabinet Terakhir Jokowi di IKN