Astra Luncurkan Layanan Pembayaran Digital AstraPay
AstraPay telah memiliki 2,2 juta registered user.
Jakarta, FORTUNE – PT Astra Internasional Tbk. secara resmi meluncurkan platform layanan pembayaran digitalnya yang bertajuk AstraPay. Aplikasi ini tidak hanya memudahkan masyarakat dalam berbagai pembayaran berbagai produk-produk Astra, namun juga dapat berfungsi sebagai dompet digital yang memudahkan penggunanya mengatur keuangan sehari-hari.
“AstraPay adalah salah satu inovasi terbaru dari Astra yang akan menjadi e-money yang akan dipakai dalam ekosistem Astra. Kami akan fokus pertama-tama untuk pengembangan AstraPay di ekosistem Astra,” ujar Direktur Astra internasional, Suparno Djasmin, dalam acara Grand Launching AstraPay bertema #awaliceritamudisini, Rabu (15/9).
Menurutnya, AstraPay telah terkoneksi dengan berbagai produk layanan Astra Group, baik di bidang otomotif maupun finansial. AstraPay juga sudah menerapkan pembayaran dengan QRIS pada lebih dari 2.300 outlet milik Astra. “Tentunya juga bisa melayani pembayaran dengan QRIS di lebih dari 7,5 juta merchant QRIS di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Lebih lanjut, Suparno menyampaikan bahwa sebenarnya AstraPay sudah mulai bisa diakses sejak Juli tahun lalu. “Kami telah memiliki 2,2 juta registered user dan kami melihat ini bertumbuh terus dari hari ke hari, minggu ke minggu,” tuturnya.
Latar belakang terbentuknya AstraPay
Sementara itu, CEO Astra Financial, Margono Tanuwijaya, mengungkapkan bahwa situasi pasar adalah hal utama yang melatarbelakangi pembentukan ekosistem digital, khususnya platform pembayaran digital, AstraPay. Menurut survey internal Astra, potensi penggunaan uang digital sangat besar di Indonesia, sekalipun konsep ini tidak baru lagi, bahkan sudah terdapat beberapa pemain utama.
“Yang kedua, Astra memiliki ekosistem, dimana jumlah data pelanggan di ekosistem ini sangat besar, yakni sekitar 50 juta lebih pelanggan. Nah, ini bisa menjadi tumpuan bagi AstraPay dalam melakukan penetrasi pasar,” kata Margono.
Lebih lanjut dia mengatakan konsumen yang bisa memiliki lebih dari satu aplikasi pembayaran. Dalam situasi ini, AstraPay dapat menawarkan signifikansi produknya kepada publik dan menjadi pilihan konsumen. “Walaupun suatu hari nanti Covid ini hilang, tapi saya pikir behaviour pelanggan untuk melakukan transaksi secara cashless ini akan tumbuh dari tahun ke tahun,” katanya.
Margono menambahkan bahwa melalui AstraPay, pihaknya juga dapat memetakan perilaku konsumen. Hasil pemetaan ini dapat dijadikan dasar untuk menindaklanjuti apa saja kebutuhan para pelanggan Astra. “Sehingga kami bisa memberikan sebuah layanan yang sesuai dengan kebutuhan customer kami, dan itu ke depan bisa meningkatkan loyalitas customer kami,” ujarnya.
Strategi penetrasi pasar
Mengenai strategi penetrasi pasar tanpa ‘bakar uang’ yang dimiliki AstraPay, Margono menjelaskan bahwa kebutuhan utama pelanggan bukan sekadar promo atau cashback. Walaupun promo tetap jadi salah satu pilihan strategi, tapi hal terpenting bagi pengguna AstraPay adalah kemudahan. Selain itu, keamanan data juga menjadi sesuatu yang penting.
“Karena customer ini mempercayakan uangnya sebagai saldo dalam aplikasi ini. Jadi, itu yang merupakan kebutuhan utama daripada konsumen,” ujar Margono.
Salah satu hal yang mendukung strategi penetrasi pasar AstraPay, menurut Margono, adalah besarnya ekosistem Astra yang kuat, baik dari segi kuantitas konsumen maupun luasnya jaringan. Ini adalah modal utama penetrasi pasar tanpa mengeluarkan biaya lebih.
COO AstraPay, Ricky Gunawan, menambahkan, selain ekosistem yang besar, Astra juga sangat kuat dalam bisnis ritel dalam sektor otomotif dan finansial. “Sehingga, kami memiliki semacam misi untuk mengembangkan satu value proposition yang disebut customer value proposition,” ujarnya.
Demi mengelaborasi maksudnya, Ricky mengatakan AstraPay berfungsi sebagai dompet berjalan dan diutamakan untuk otomotif dan transportasi, seperti bengkel-bengkel Astra dan sarana transportasi umum, misalnya MRT Jakarta atau TransJakarta. Berikutnya, posisi AstraPay sebagai dompet pintar yang dapat mengetahui keinginan konsumen, terutama dalam hal pengelolaan keuangan.
Berhubungan dengan fitur layanan yang ditawarkan, CEO AstraPay, Meliza Musa Rusli, mengatakan bahwa Astra Points akan meningkatkan loyalitas pengguna AstraPay. Fitur ini ditujukan untuk menumbuhkan komunikasi dua arah antara Astra Group dengan pelanggannya. “Nantinya, Astra Points ini bisa ditukar dengan voucher-voucher hasil kerja sama AstraPay dengan partner dan merchant lain, baik di dalam maupun luar Astra Group,” ujarnya.
Tantangan keamanan keuangan digital
Keamanan transaksi digital sering menjadi isu di beberapa waktu belakangan ini. Penjualan data konsumen menjadi ancaman serius bagi para pengguna layanan digital. Hal ini seiring dengan peningkatan transaksi non-tunai di Indonesia, terutama di masa pandemi.
Oleh sebab itu, kata Ricky Gunawan, konsumen membutuhkan jaminan perlindungan saat bertransaksi secara digital. Salah satunya adalah perlindungan pada aplikasi AstraPay yang cukup rentan, khususnya pada versi mobile.
“Kami sudah menerapkan ISO 27001, terkait security dan juga keamanan aplikasi, kami selalu menjaga dengan pin dan OTP. Kami juga melakukan sosialisasi kepada konsumen melalui notifikasi yang dikirimkan agar mereka senantiasa menjaga keamanan pin untuk tidak disebarkan ke sembarang orang,” kata Ricky.
Tidak hanya dari sisi aplikasi atau keamanan data pengguna, Ricky menegaskan bahwa pihaknya berusaha terus menjaga keseluruhan sistem, termasuk di dalamnya terdapat regulasi dari Bank Indonesia (BI) maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini terkait pengelolaan data dan kewajiban sertifikasi keamanan. “Jadi, dua hal ini (aturan pengelolaan data dan sertifikasi keamanan) yang selalu kami pegang untuk menjaga keamanan data dan sistem AstraPay,” tuturnya.
Suparno Djasmin pun kembali meyakinkan bahwa AstraPay selalu berusaha memebuhi standar keamanan yang berlaku, sekaligus tak henti menyempurnakannya dari waktu ke waktu. “Kami sangat memperhatikan tata kelola data yang dipercayakan pada kami,”ujarnya.