Prefabrikasi AMODA Tawarkan Efisiensi dalam Bisnis Properti
AMODA menargetkan waste biaya pembangunan kurang dari 4%.
Jakarta, FORTUNE – PT Ada Untuk Dunia (AMODA), perusahaan konstruksi dan properti berteknologi, menawarkan konsep prefabrikasi yang efisien, transparan (terkait biaya pembangunan), dan ramah lingkungan di industri properti.
CEO dan Co-Founder AMODA, Robin Renardi, mengatakan bahwa hingga saat ini, konsumen properti di Indonesia seringkali terjebak dalam masalah efisiensi biaya, saat membangun sebuah bangunan atau memulai sebuah bisnis di lokasi tertentu.
“Karena kontruksi sekarang ini masih very manual, klien itu nggak mendapatkan best value for money, karena ada buffer 30-40 persennya masuk ke pengerjaan yang di lapangan, yang mendasarkan penghitungan hanya dari estimasi dan asumsi. Bahkan spesifikasi materialnya kadang suka nggak jelas, terutama buat kita yang awam. Tukang-tukang juga biasanya nggak peduli dengan efisiensi, yang penting beres,” kata Robin kepada Fortune Indonesia, Senin (20/6).
Menurut Robin, dengan konsep modul yang terkontrol dari pabrik, sebuah bangunan multifungsi yang sudah lengkap dengan ventilasi, flooring, kelistrikan, sistem air, bahkan peredam suara, bisa dibangun dengan cepat, mudah, dan ekonomis.
“Kami di sini punya target, waste biaya pembangunan kurang dari 4 persen, dengan material yang berkualitas dan tahan lama,” katanya.
Hal lain yang membuat bangunan AMODA lebih efisien adalah penggunaan kaki-kaki penopang bangunan yang bisa diatur ketinggiannya sesuai kontur lokasi pembangunan. Menurutnya, karena tidak ada struktur beton yang tertanam ke tanah, maka bangunan ini tidak memerlukan perizinan yang rumit dan memakan waktu pengurusan cukup lama.
“Dibandingkan dengan menyewa sebuah ruko, produk ini justru menawarkan sebuah kepemilikan, aset yang bisa dipindah-pindahin dan secara lifetime period itu lebih baik sebenarnya. Kalau ruko sewa, ketika bisnis nggak jalan, udah ‘mati’ di situ,” ujarnya.
Solusi bangunan multifungsi
Robin mengungkapkan bahwa AMODA mengusung prinsip ‘Democratize the Construction Process’ dan bangunan prefabrikasi multifungsi ini dapat digunakan oleh konsumen untuk banyak hal produktif.
ErgaPods yang tersusun dari minimal 4 modul bisa dimanfaatkan sebagai kantor, booth pameran, hingga kafe dan rumah tinggal. Sedangkan, ErgaBox yang memang dirancang menyerupai gerobak dorong, bisa dimanfaatkan untuk berdagang.
“Satu blok ErgaPods yang terdiri dari 4 modul, harganya mulai dari 65-70 juta rupiah. Itu sudah termasuk pengiriman dan instalasi, jadi sudah tinggal terima jadi aja,” kata Robin. “Kalau untuk ErgaBox harganya mulai dari 8-10 juta rupiah.”
Menurutnya, klien AMODA bisa dengan leluasa memesan bangunan sesuai dengan kebutuhan. Mulai dari ukuran bangunan, warna, penambahan logo, material finishing, signage, letak jendela, pintu, sampai material dinding dalam dan lantai, semua bisa custom.
“Hopefully, by the end of this month, aplikasinya sudah bisa diluncurkan, jadi bisa custom lewat aplikasi,” katanya.
Lebih dari sekadar bangunan
Lebih dari sekadar bangunan prefabrikasi, Robin mengatakan bahwa AMODA ingin membawa perubahan mindset bagi seluruh pihak–baik konsumen, pengembang, maupun arsitek–yang berorientasi pada kualitas penggunaan dan harga yang cukup terjangkau.
Struktur setiap panel dari bangunan prefabrikasi ini, kata Robin, terbuat dari bahan dasar kayu. “Pakai struktur kayu karena itu paling tahan gempa dan efisien untuk mobilitas dan perakitan. Datangnya pun per modul, jadi tidak terlalu menghabiskan tempat waktu dikirimkan,” tuturnya.
“Tapi kami juga memadukan elemen kayu dengan alumunium, supaya lebih dapat komposisi biaya yang efisisen.”
Selain itu, AMODA juga menyediakan pilihan pelapis bangunan yang berasal dari olahan sampah plastik. “Maka itu, salah satu daya tariknya adalah bangunan prefabrikasi ini juga ramah lingkungan.
Robin mengatakan bahwa produk konstruksi dan properti AMODA ditawarkan secara end to end bagi konsumen, sehingga mereka merasa nyaman. Oleh karena itu, layanan terkait perbaikan, perawatan, bahkan pindah lokasi pun juga tersedia. “Selain garansi produk, kami juga siap memberi pelayanan dari hulu sampai hilir,” ungkapnya.
Tantangan yang dihadapi
Meski bangunan prefabrikasi memiliki banyak keunggulan untuk ditawarkan ke pasar, namun dirinya tak menampik masih terdapat tantangan yang harus dihadapi. Menurutnya, dengan konsep yang masih tergolong baru di Indonesia, konsumen masih banyak yang ragu menggunakan bangunan prefabrikasi.
“Makanya, dengan kami memperbanyak portofolio seperti saat ini, kami ingin menunjukkan bahwa bangunan ini bisa digunakan untuk berbagai pemanfaatan, F&B, Office, Retail, ini itu multifunction. Jadi, orang Indonesia itu kadang masih mempertanyakan banyak hal terhadap sesuatu yang baru,” kata Robin.
Ke depan pun, produk AMODA akan dipasarkan untuk konsumen-konsumen yang lebih produktif, sehingga semakin banyak orang akan paham bahwa penggunaan konsep prefabrikasi ini benar-benar efisien dan menguntungkan. “Ini masih diragukan karena (konsumen) masih belum terbayang aja,” ucapnya.
Perluas bisnis kawasan komersial
Hingga akhir tahun AMODA menargetkan menjual konsep prefabrikasi ini sampai lima kawasan komersial. “Saat ini, kami sudah ada satu di sebelah stasiun kereta Bandung, dan kami akan buka 4 kawasan lagi, masih di sekitar Jabodetabek kira-kira,” katanya.
Salah satu yang mendasari target ini adalah karena banyaknya tanah produktif yang tidak terpakai di kawasan-kawasan bernilai ekonomi bagus. “Ini peluang buat partnership dan kami bisa mengembangkan kawasan tersebut dengan produk-produk AMODA,” katanya.
Robin yakin bisnis tersebut akan berkelanjutan, karena mampu menawarkan solusi dalam permasalahan sektor properti. “AMODA akan menggunakan teknologi untuk memaksimalkan transparansi dan reliability dan juga menjadi platform dimana kerangka berpikir, mindset, yang ada di dunia konstruksi dan properti dapat diperbaiki,” katanya.