RedDoorz Jadi Hospitech Asia Tenggara Pertama Dengan Program Reseller
McKinsey: 85% pelaku e-commerce Indonesia adalah reseller.
Jakarta, FORTUNE – Untuk memaksimalkan layanannya di tengah model bisnis yang terus berkembang, platform Hospitality Technology (Hospitech), RedDoorz, menerapkan program kemitraan Reseller melalui RedSeller, bahkan mengklaim diri sebagaiHospitech pertama yang melakukan program ini di Asia Tenggara.
Institutional Lead RedDoorz, Fadhli Syahied, mengatakan bahwa sejak 2020, model bisnis RedSeller telah mendukung penjualan kamar RedDoorz hingga 50.000 kamar per bulan. “Menjadikan RedDoorz sebagai satu-satunya platform perhotelan di Indonesia yang menyediakan aplikasi untuk reseller-nya,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Senin (27/11).
Melalui RedSeller, perusahaan juga kerap memberikan diskon khusus untuk mendukung penjualan kamar para reseller, belum lagi insentif tambahan lainnya. “Tingginya peningkatan jumlah anggota dan penjualan kamar tak lepas dari strategi RedDoorz mendukung kerja RedSeller dengan memberikan berbagai keuntungan khusus,” katanya.
Hingga saat ini, RedDoorz telah dipercaya oleh lebih dari 3.200 mitra properti di 257 kota seluruh Indonesia. Program ini bertujuan untuk memberi alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat lokal yang kehilangan pekerjaan maupun mata pencahariannya saat pandemi melanda.
Sejak pertama kali diluncurkan, program ini langsung banyak diminati oleh banyak kalangan, mulai dari karyawan, mahasiswa, pekerja lepas, hingga ibu rumah tangga. Bahkan, dalam tiga tahun, RedSeller berhasil bermitra dengan lebih dari 13.000 anggota resmi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hasil positif
RedDoorz mengungkapkan sejumlah kisah kemitraan yang membawa nilai positif bagi para mitra. Salah satunya datang dari Nishyah (26) yang berdomisili di Jakarta dan sudah bergabung dalam program RedSeller, sejak 2021. Hanya dalam waktu dua tahun, perempuan yang bekerja sebagai freelancer ini sudah raih predikat The RockStar RedSeller dengan pendapatan komisi hingga Rp16 jutaan.
“Strategi yang saya jalankan cukup simple, yaitu dengan menawarkan kamar hotel RedDoorz kepada orang-orang terdekat yang ingin staycation atau liburan, kemudian infonya menyebar dari mulut ke mulut,” ujar Nishyah.
Tak sekadar berhasil menjual 800 kamar dalam waktu dua tahun, Nishyah berupaya pelayanan terbaik dan pengalaman berkesan bagi para tamu hotel. “Saya selalu berusaha memberikan respon yang cepat terhadap setiap pertanyaan calon tamu dan melakukan proses pemesanan kamar dengan segera,” katanya.
Banyak belajar
Sementara itu, reseller lainnya, yakni Radita Nebula (23) mengatakan berhasil menjual lebih dari 500 kamar dalam waktu dua tahun karena banyak melakukan promosi di media sosial. Ia juga kerap mengikuti perkembangan informasi dari RedDoorz demi bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari calon tamu.
“Intinya, untuk sukses menjadi RedSeller kita harus banyak belajar tentang properti-properti yang dimiliki RedDoorz dan merespon dengan cepat setiap pertanyaan yang diajukan oleh klien kita,” katanya.
Berdasarkan survei Populix, selain lewat marketplace, 86 persen masyarakat Indonesia juga sering berbelanja lewat media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Yang menarik, survei yang dilakukan McKinsey, menyebut 85 persen pelaku e-commerce di Indonesia adalah para reseller atau mereka yang menjual produk milik jenama atau pedagang lain.