Beli 8 Kapal Baru, Samudera Indonesia Gelontorkan Capex US$80 Juta
Empat kapal sisanya, akan diserah terima di semester II 2024
Jakarta, FORTUNE - Emiten pelayaran, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) menambah 8 unit kapal baru sepanjang semester I 2024. Realisasi belanja modal (Capex) yang dihabiskan untuk pembelian kapal tersebut jumlahnya mencapai US$80 juta atau sekitar Rp1,31 triliun (kurs Rp16.417 per dolar AS)
Sepanjang tahun ini, perseroan menganggarkan belanja modal sekitar US$280 juta atau Rp4,59 triliun untuk pembelian 12 unit kapal dan Investasi pelabuhan.
Direktur Utama Samudera Indonesia, Bani Maulana Mulia mengatakan, investasi yang dikeluarkan perseroan untuk pembelian kapal, per unit nilainya bervariasi. “Kalau kapal jagoan kami harga sekitar US$30-US$40 juta kami senang dengan teknologinya, efisiensinya. Kisarannya (pembelian kapal) bisa di belasan juta dolar untuk yang dibuat di domestik, jadi di kisaran US$15-40 juta,” katanya dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (26/6).
Adapun, kedelapan kapal yang sudah diterima pada semester I di antaranya Sinar Ternate (Tanker Vessel, Amanah Barito, Sinar Sulawesi (Container Vessel), Sinar Tidore (Tanker Vessel), Amanah Banjar, Sinar Pajajaran (Container Vessel). Sedangkan, 4 unit kapal sisanya dijadwalkan akan dilakukan serah-terima pada semester II 2024.
Proyeksi Kinerja
Sepanjang 2023, Samudera Indonesia membukukan laba bersih sebesar US$74,6 juta. Kinerja laba perseroan tercatat turun signifikan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$212,7 juta.
Bani mengatakan penurunan kinerja perseroan tahun lalu disebabkan oleh menurunnya tren biaya angkut (freight rate) yang tidak setinggi tahun sebelumnya.
“Kalau bicara tiga bulan, kami cukup optimistis walaupun di tengah penurunan freight rate dari sebelumnya, tapi penurunan ini masih jauh lebih baik dibandingkan pre-covid level,” kata Bani.
Demikian pula dengan kondisi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang mendekati Rp14.000. Hal ini menurutnya sangat minim memberikan dampak buruk, mengingat penerimaan pendapatan perseroan dalam dolar AS.
“Kami masih lebih senang melihat 2024, masih oke, Sambil begitu kami bersiap dengan perencanaan. Yang jelas demand sangat baik, kalau ada kemacetan artinya ada penumpukan yang perlu ditangani lebih cepat,” ujarnya.
.