Negosiasi Merger 2 Raksasa Honda-Nissan Dikabarkan Dimulai Pekan Depan
Isu merger bisa meluas mencakup Mitsubishi Motors.
Jakarta, FORTUNE - Dua raksasa Otomotif Jepang, Honda Motor Co. dan Nissan Motor Co. dikabarkan akan memulai negosiasi Merger pada awal pekan depan atau 23 Desember, menurut Nikkei Jepang.
Dimulainya diskusi formal ini akan mempercepat momentum menuju potensi konsolidasi.
Bloomberg mengonfirmasi berita tersebut pada Selasa (19/12) melaporkan, aksi korporasi tersebut tengah dipertimbangkan oleh pimpinan senior perusahaan, dan dapat diperluas mencakup Mitsubishi Motors Corp.
Perwakilan Honda dan Nissan di AS belum berkomentar mengenai tanggal dimulainya negosiasi.
Langkah Honda dan Nissan untuk memperkuat hubungan terjadi setelah Hon Hai Precision Industry Co., produsen iPhone yang berbasis di Taiwan yang dikenal sebagai Foxconn, mendekati Nissan untuk mengakuisisi saham di perusahaan, menurut laporan Bloomberg.
Honda mengancam akan membubarkan kemitraan teknologi yang ada dengan Nissan jika produsen mobil yang berkantor pusat di Yokohama itu mengejar kemitraan dengan Foxconn, atau menjadi ksatria putih jika terjadi upaya pengambilalihan Nissan secara paksa oleh Foxconn, kata laporan Nikkei.
Bila merger antar-perusahaan Jepang itu terjadi, maka menciptakan benteng pertahanan terhadap Toyota Motor Corp. di dalam negeri dan memungkinkan Honda dan Nissan untuk menyatukan sumber daya guna bersaing dengan Tesla Inc. dan produsen Mobil Listrik Cina di pasar global.
Nilai entitas gabungan
Menurut Bloomberg, penggabungan Honda dan Nissan berpotensi menciptakan perusahaan senilai US$54 miliar atau sekitar Rp876 triliun dengan produksi tahunan mencapai 7,4 juta kendaraan, menjadikannya grup otomotif terbesar ketiga di dunia berdasarkan jumlah penjualan kendaraan setelah Toyota dan Volkswagen.
Kedua perusahaan tersebut telah menjalin kemitraan strategis pada Maret untuk pengembangan kendaraan listrik, tetapi masalah keuangan dan strategis Nissan yang semakin dalam dalam beberapa bulan terakhir telah menambah urgensi untuk bekerja sama lebih erat dengan pesaing yang lebih besar, Honda.
Nissan mengumumkan rencana penghematan biaya sebesar US$2,6 miliar bulan lalu yang mencakup pemutusan hubungan kerja (PHK) 9.000 karyawan dan 20 persen dari kapasitas produksi globalnya, karena anjloknya penjualan di Tiongkok dan Amerika Serikat menyebabkan laba kuartal kedua anjlok hingga 85 persen.
"Kesepakatan ini tampaknya lebih tentang menyelamatkan Nissan, tetapi Honda sendiri tidak berpuas diri," kata Sanshiro Fukao, rekan eksekutif di Itochu Research Institute. "Arus kas Honda akan memburuk tahun depan dan EV-nya tidak berjalan dengan baik."
Saham Nissan ditutup naik hampir 24 persen dalam perdagangan di bursa Tokyo. Sementara saham Honda, yang nilai pasarnya US$43 miliar lebih dari empat kali lebih besar dari Nissan, turun 3 persen. Saham Mitsubishi Motors, yang mana Nissan merupakan pemegang saham terbesar dengan 24 persen saham, naik hampir 20 persen.