BUSINESS

Beberapa Investor Besar Asal Jepang Mulai Hengkang dari Cina

Khawatir akan perlambatan ekonomi Cina.

Beberapa Investor Besar Asal Jepang Mulai Hengkang dari CinaIlustrasi: bendara Cina dan Jepang. (Dok.123RF)
09 September 2024

Fortune Recap

  • Perusahaan Jepang semakin enggan berbisnis di Cina karena risiko geopolitik dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
  • Nippon Steel Corp akan keluar dari perusahaan patungannya di Cina, sementara Mitsubishi Motors Corp telah menghentikan operasi lokalnya.
  • Perusahaan anggota Kamar Dagang dan Industri Jepang di Cina tidak akan menggelontorkan lagi atau bahkan memangkas investasinya di negeri itu tahun ini.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Jumlah perusahaan-perusahaan Jepang yang enggan untuk berbisnis di Cina semakin hari kian bertambah. Kondisi tersebut menunjukkan perubahan tajam setelah mereka bertahun-tahun menjadi investor terbesar dalam perekonomian negara tetangganya itu.

Tren risiko geopolitik dan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi Cina yang melambat membuat perhitungannya secara keekonomian menjadi tidak lagi masuk akal. Hal ini diakui oleh perusahaan Nippon Steel Corp yang pada Juli lalu menyatakan akan keluar dari perusahaan patungannya di Cina.

Laman Fortune mewartakan, Senin (9/9), Mitsubishi Motors Corp. telah menghentikan operasional lokalnya tahun lalu, sebagai korban dari penjualan mobil yang terus merosot akibat peralihan cepat terhadap kendaraan listrik di Cina.

Dalam survei kondisi bisnis dan kesadaran lingkungan bisnis perusahaan anggota Kamar Dagang dan Industri Jepang di Cina, muncul opini bahwa responden tidak akan menggelontorkan dana lagi atau bahkan memangkas Investasinya di negeri tersebut pada tahun ini.

Perusahaan-perusahaan menyebutkan bahwa kenaikan upah, penurunan harga, dan geopolitik sebagai masalah terbesar yang mereka hadapi.

“Kami sekarang telah melewati puncak keterlibatan ekonomi Jepang dengan Cina,” kata Direktur Geoekonomi dan Strategi International Institute for Strategic Studies, Robert Ward.

Perpecahan yang terjadi secara perlahan ini mengancam ikatan perekonomian yang telah terjalin selama lebih dari empat dekade, ketika Jepang mulai memberikan bantuan pembangunan berupa triliunan yen kepada Cina melalui  pinjaman berbunga rendah.

Perdagangan dan niaga telah menjadi pilar hubungan yang sebelumnya penuh pertentangan antara kedua raksasa Asia tersebut—yang dirangkum oleh akademisi dengan slogan “bisnis panas, politik dingin.”

Kali ini, dinginnya angin geopolitik terbukti sulit dibendung.

Penanaman modal asing langsung baru pada 2023 stagnan bahkan mendekati level terendah pada 2016. Ini merupakan titik balik bagi perusahaan-perusahaan Jepang yang telah memasukkan modalnya hampir US$130 miliar di Cina hingga akhir tahun lalu.

Ini merupakan perubahan haluan dari periode ketegangan bilateral sebelumnya, yang tidak terlalu memengaruhi investasi. Bahkan pada 2010-2012, ketika sengketa wilayah antara kedua pihak memanas dan Beijing memblokir sementara pengiriman tanah jarang ke Jepang, perusahaan pun masih meningkatkan porsi investasi mereka rata-rata 13 persen setiap tahun.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.