Bukit Asam Tak Khawatirkan Bisnis Batu Bara
Perseroan meyakini komoditas itu akan tetap moncer.
Jakarta, FORTUNE - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan keyakinannya pada bisnis batu bara yang bakal tetap menjanjikan pada 2022. Hingga saat ini, harga komoditas tersebut masih bertengger pada level US$150-an per ton.
“Kaitannya dengan outlook 2022, kami manajemen Bukit Asam masih sangat yakin bahwa kondisi batu bara masih akan bagus. Saya punya keyakinan,” kata Direktur Utama PTBA, Suryo Eko Hadianto, saat konferensi pers, Jumat (10/12).
Hingga November 2021, emiten berkode PTBA ini telah membukukan laba bersih Rp7 triliun, tertinggi sepanjang sejarah sejak perusahaan berdiri pada 1919. Suryo mengatakan pencapaian laba bersih tersebut didukung dengan pendapatan usaha sebesar Rp26,2 triliun.
Perusahaan juga mencatat kenaikan total aset hingga 46 persen, dari Rp24,1 triliun per 31 Desember 2020 menjadi Rp35,2 triliun per 30 November 2021. Suryo mengatakan perusahaan terus memantau fluktuasi harga komoditas batu bara dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga secara optimal, sekaligus tetap waspada untuk menjaga kinerja perusahaan.
Rencana pendanaan untuk tranformasi bisnis
Suryo menyatakan EBITDA Bukit Asam tembus Rp10 triliun. Dengan kinerja sedemikian, PTBA dipercaya dapat melakukan leverage pendanaan kurang lebih sekitar Rp50-60 triliun. "Kemampuan men-generate pendanaan ini yang akan digunakan PTBA dalam mendanai rencana transformasi bisnisnya ke depan. Jadi, bagi Bukit Asam, tidak ada kekhawatiran sama sekali kaitannya dengan pendanaan maupun outlook bisnis tahun 2022," ujarnya.
Dalam hematnya, Bukit Asam tidak ingin terlena dengan kenaikan harga komoditas batu bara saat ini. PTBA ingin tetap menjemput transformasi energi untuk menyongsong kegiatan bisnis di masa depan.
Tiga strategi transisi bisnis PTBA
Perseroan menyiapkan strategi untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan energi dan kimia. Transformasi dilakukan untuk mendukung target nol emisi karbon pada 2060.
Destinasi pertama PTBA adalah menjadi perusahaan berbasis bisnis energi pada 2026 dengan target pendapatan dari sektor energi sebesar 50 persen dan bisnis batu bara 50 persen.
Perseroan telah memliki tiga strategi khusus untuk mencapai target transformasi bisnis 2026. Pertama, peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan. Kemudian, melakukan proyek hilirisasi batu bara dan pengembangan industri kimia dengan menyiapkan kawasan ekonomi khusus di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Terakhir, masuk dalam bisnis manjemen karbon dengan mengintegrasi target pengurangan karbon dalam operasional pertambangan PTBA.
Bersiap dengan volatilitas harga batu bara
Di samping itu, PTBA juga tetap melakukan upaya efisiensi secara berkelanjutan di setiap lini kegiatan demi mengantisipasi gejolak harga batu bara. Karena itu, penurunan harga takkan berdampak signifikan terhadap kinerja perseroan.
Total produksi batu bara PTBA hingga 30 November mencapai 28,0 juta ton dengan penjualan 25,8 juta ton. Perusahaan menargetkan kenaikan volume produksi batu bara dari 24,8 juta ton pada 2020 menjadi 30 juta ton pada 2021.
Perusahaan juga menargetkan kenaikan porsi ekspor batu bara sebagai upaya pemanfaatan momentum kenaikan harga batu bara internasional. Perusahaan menargetkan porsi ekspor batu bara hingga akhir 2021 bisa mencapai hingga 47 persen dari total produksi.