Tak Cuma Sritex yang Sekarat, 30 Pabrik Tekstil di RI Tutup
Data ini dari kuartal III-2022 sampai 2024.
Fortune Recap
- APSyFI mencatat 30 pabrik tekstil di Indonesia tutup dan merelokasi pabril sejak kuartal III-2022 hingga 2024.
- Penutupan pabrik berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga belasan ribu karyawan.
- Pabrik tekstil di Indonesia yang tumbang diakibatkan arus barang impor produk TPT, baik legal maupun ilegal, membanjiri pasar dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta membeberkan setidaknya ada 30 pabrik tekstil di Indonesia yang memutuskan untuk tutup terhitung sejak kuartal III-2022 hingga 2024.
Selain menutup operasional, tercatat industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) juga banyak yang merelokasi pabrik dan mengurangi beban operasional.
APSyFI juga mendata bahwa seluruh pabrik tekstil yang tutup berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga belasan ribu karyawan.
Ketua Umum APSYFI, Redma Gita Wirawasta, menjelaskan, banyaknya pabrik tekstil di Indonesia yang tumbang diakibatkan arus barang impor produk TPT, baik legal maupun ilegal, membanjiri pasar dalam negeri, sehingga produk lokal tidak bisa bersaing.
“Karena produk impor ini dijual dengan harga dumping. Terlebih yang ilegal dijual tanpa bayar pajak dan bea masuk,” ujar Redma saat dihubungi, Kamis (7/11).
Berikut daftar 30 pabrik yang tutup dan terdampak kebijakan impor berdasarkan catatan APSyFI:
- PT Lawe Adyaprima
- PT Grand Pintalan
- PT Centex - Spinning Mills
- PT Damatex
- PT Argo Pantes - Bekasi
- PT Asia Citra Pratama
- PT Kaha Apollo Utama
- PT Mulia Cemerlang Abadi
- PT Lucky Tekstil (PHK 100 orang)
- PT Grand Best (PHK 300 orang)
- PT Delta Merlin Tekstil I Duniatex Grup (PHK 660 orang)
- PT Delta Merlin Tekstil II Duniatex Grup (PHK 924 orang)
- PT Pulaumas Tekstil (PHK 460 orang)
- PT Tuntex (PHK 1.163 orang)
- Agungtex Grup (Sekitar 2.000 orang dirumahkan)
- PT Kabana (PHK 1.200 orang)
- PT Pismatex (Pailit dan PHK 1.700 orang)
- PT Sai Aparel (Relokasi sebagian)
- PT Adetex (Sekitar 500 orang dirumahkan)
- PT Nikomas
- PT Chingluh (PHK sekitar 2.000 orang)
- PT HS Aparel (Tutup)
- PT Starpia (Tutup)
- PT Djoni Texindo
- PT Efendi Textindo
- PT Fotexco Busana Internasional
- PT Wiska Sumedang (Tutup dan PHK 700 orang)
- PT Alenatex (Tutup dan PHK 700 orang)
- PT Kusuma Group (3 perusahaan tutup dan PHK 1.500 orang)
- PT Primissima (PHK 402 orang)
Sementara itu, Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) sebelumnya mencatat terdapat tujuh pabrik di sektor TPT di Pulau Jawa yang tutup dari Januari hingga Agustus 2024. Namun, angka tersebut kini berkurang menjadi enam pabrik, karena PT Sai Apparel, yang sebelumnya dilaporkan tutup, telah kembali melanjutkan operasionalnya.
PT Sai Apparel membuka operasional kembali dengan efisiensi karyawan menjadi 2.000, dari sebelumnya 8.000 karyawan.
“PT Sai Apparel Semarang infonya sekarang buka lagi dengan sekitar 2.000 karyawan,” ujar Presiden KSPN Ristadi saat dihubungi, Senin (14/10).
PHK yang terakhir dilaporkan berasal dari PT Sinar Panca Jaya terhadap lebih dari 340 karyawan sebelum pabrik tersebut tutup pada Agustus 2024.