Mesty Ariotedjo, Pendiri Startup Parenting di Fortune 40 Under 40
Kakak dari Menpora RI, Dito Ariotedjo.
Fortune Recap
- Mesty Ariotedjo masuk dalam daftar Fortune Indonesia 40 Under 40 2025.
- Mesty dikenal sebagai dokter spesialis anak, praktisi kesehatan, dan figur publik di Indonesia.
- Mesty menempuh pendidikan di Universitas Indonesia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health serta telah mendirikan startup WeCare.id dan Tentang Anak.
Mesty Ariotedjo masuk dalam daftar tokoh Fortune Indonesia 40 Under 40 2025. Daftar ini memuat tokoh-tokoh yang belum genap berusia 40 tahun per 31 Desember 2024, tetapi telah mencatatkan prestasi gemilang.
Mesty merupakan dokter spesialis anak dan praktisi kesehatan di Indonesia. Ia juga dikenal sebagai figur publik di dunia kesehatan dan pendidikan pengasuhan anak di Indonesia.
Seperti apa profil Mesty Ariotedjo? Berikut perjalanan karier dan bisnis yang ia rintis. Cek di bawah ini, ya.
Profil Mesty Ariotedjo
Dwi Lestari Pramesti Ariotedjo atau lebih dikenal dengan Mesty Ariotedjo lahir di Jakarta, 25 April 1989. Mesty lahir dari pasangan Arie Prabowo Ariotedjo dan Arti Laksmigati Ariotedjo.
Mesty merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya, Aryo Prakoso Ariotedjo dikenal sebagai seorang pengusaha di Indonesia. Sedangkan adik Mesty adalah Ario Bimo Nandito Ariotedjo atau Dito Ariotedjo yang kini menjabat Menpora RI.
Ayahnya, Arie Prabowo Ariotedjo dikenal sebagai pengusaha yang pernah menjabat Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk. Sedangkan ibunya, Arti Laksmigati juga dikenal peduli terhadap dunia pendidikan.
Mesty menikah dengan Garri Juanda pada 2017. Saat ini, keduanya telah dikaruniai dua orang anak.
Pendidikan Mesty Ariotedjo
Mesty Ariotedjo menempuh pendidikan di Universitas Indonesia (Dokter Umum: 2007 hingga 2012), (Dokter Anak: 2015 hingga 2020). Ia juga melanjutkan pendidikan di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (2021 hingga 2023) dan lulus dengan gelar Magister Kesehatan Masyarakat.
Mendirikan startup parenting
Mesty Ariotedjo memulai kariernya di dunia kedokteran pada 2013, dan dua tahun kemudian, ia mendapatkan kesempatan untuk menjadi dokter anak. Selain berprofesi sebagai dokter anak, Mesty juga menjabat sebagai CEO di sebuah startup bernama WeCare.id.
Pada November 2020, Mesty Ariotedjo bersama suaminya, Garri Juanda mendirikan Tentang Anak, sebuah startup parenting yang menyediakan ekosistem solusi perkembangan anak dalam satu platform. Pendirian ini berawal dari keprihatinan Mesty selama menjalani cuti hamil di tengah pandemi.
Sebagai lulusan Fakultas Kedokteran, ia menyadari banyak orang tua yang kesulitan dalam membesarkan anak mereka karena terbatasnya sumber informasi yang tepercaya.
Misi dari Tentang Anak adalah untuk memberikan pendidikan pengasuhan terbaik dan menyediakan produk serta layanan premium bagi sekitar 80 juta anak di Indonesia. Komitmen mereka pun mendapat pengakuan luas, salah satunya dengan terpilih sebagai salah satu perusahaan rintisan terbaik versi LinkedIn pada 2022.
Mesty diketahui pernah masuk dalam daftar Forbes Asia 30 Under 30 pada 2016. Kemudian pada 2017, ia juga menerima fellowship award dari Harvard University, School of Public Health.
Sebelumnya, pada 2015, Mesty juga berhasil meraih penghargaan Best Social Start-Up Idea dari Asia Social Innovation Award.
Masuk daftar Fortune Indonesia 40 Under 40 2025
Mesty Ariotedjo masuk dalam daftar Fortune Indonesia 40 Under 40 2025. Daftar tokoh ini mampu membuktikan bahwa masa depan bukan sesuatu yang ditunggu, melainkan sesuatu yang harus kita ciptakan.
Para tokoh muda yang terpilih dalam daftar ini menunjukkan bahwa mereka tahu betul bagaimana mewujudkan impian mereka. Mereka mampu melampaui batas, membawa ide-ide baru, dan berani mengeksplorasi hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumnya.
Dengan keberanian, kreativitas, dan kerja keras, mereka mampu mengatasi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan sumber daya, minimnya kesempatan, ketatnya persaingan, hingga menghadapi kegagalan. Mereka menginspirasi untuk terus bergerak, berani mencoba, dan tak pernah menyerah untuk mengejar impian, meski terkadang terasa sulit.
Pelajaran terbesar yang diajarkan adalah bahwa batas hanya ada jika kita berhenti bergerak. Mereka juga mengerti bahwa masa depan tidak datang begitu saja, melainkan harus diciptakan, termasuk dengan mengabaikan stereotip yang sering dilabelkan pada generasi mereka.