Bio Farma Mulai 30 Inisiatif Digital Bersama Google
Honesti Basyir cerita upaya digitalisasi di Bio Farma.
Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan perusahaannya telah memulai sekitar 30 inisiatif digital bersama Google. Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya transformasi digital Bio Farma, termasuk dalam bidang riset & pengembangan produk seperti vaksin dan obat-obatan serta alat-alat kesehatan.
Menurut Honesti puluhan inisiatif tersebut tidak berlebihan. Sebab dalam menciptakan produk digital yang benar-benar berhasil dan dibutuhkan masyarakat, perlu dilakukan uji coba sebelum akhirnya berhasil.
"Jangka pendek apa yang bisa kita delivered. Kalau bisa kita delivered, kita kan makin pede. Habis itu masuk lagi ke bentuk keduanya, dan begitu seterusnya. Karena kalau kita maunya longtrerm terus enggak ada yang kerjain. Jadi memang peran teknologi harus dibuktikan," tuturnya dalam Indonesia Millennials and Gen-Z Summit, Kamis (29/9), di The Tribrata, Jakarta.
Mendorong kemajuan teknologi di Bio Farma, kata Honesti, memang tidak bisa dilakukan hanya dengan kerja-kerja internal, melainkan membutuhkan kolaborasi dengan pihak-pihak lain. Apalagi, pandemi Covid-19 menuntut perusahaan untuk berinovasi dalam hal distribusi vaksin.
"Di awal kan kita sudah hitung kebutuhan vaksin di Indonesia lebih dari 300 juta. 400 jutalah. Indonesia itu kan geografinya luar biasa 34 provinsi 17 ribu pulau. Bagaimana menjamin vaksin bisa menjangkau orang terujung, pulau terluar," jelasnya.
Tanpa bantuan teknologi pula, menurutnya, distribusi vaksin yang jumlahnya ratusan juta itu bisa berpotensi mubazir dan menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Kita kan deg-degan juga nih. BUMN, budget dari APBN, penugasan. Jadi pasti diaudit ada BPK. Jadi memang harus pakai teknologi digital," tuturnya.
Upaya Bio Farma lakukan digitalisasi
Honesti juga bercerita langkah pertamanya untuk memulai proses digitalisasi dalam distribusi vaksin. Waktu itu, ia mengajukan permohonan kepada Budi Gunadi Sadikin yang masih menjabat sebagai wakil menteri BUMN.
Permintaannya adalah merekrut satu orang direktur baru yang fokus menangani masalah digital. "Waktu itu saya minta ke Kementerian BUMN Pak Budi. Saya mau pakai teknologi ini di Biofarma. Dan butuh satu posisi direktur digital health care karena saya sudah kebayang kompleksitasnya," cerita Honesti.
Permintaan itu akhirnya dikabulkan oleh Kementerian BUMN. Setelahnya, Bio Farma segera mencari diaspora Indonesia yang memiliki kapabilitas dalam membangun sistem distribusi berbasis digital dan bisa menjangkau ratusan juta penduduk.
"Millenial waktu itu. Kita tarik. Dia sudah mapan di US kamu nobody di US. Baliklah ke Indonesia. Penugasan pertama itu bikin sistem distribusi vaksin. Itu juga tiap hari tuh, Pak Budi bully, tapi dengan di-bully itu saya tau customer maunya apa. Dan digital itu kan customer experience. Dan Bullyan dan kritikan siapa pun kita improve sistemnya," tutur Honesti.
Selain masalah distribusi, Bio Farma juga berkolaborasi dengan BPOM sehingga ada fleksibiltas pemakaian vaksin saat pandemi atau emergency use.
Namun, menurut dia, tak sedikit orang yang memberikan kritik atas keputusan yang dibuatnya kala itu. Meski begitu, ucapan kritik yang ada dijadikan oleh Bio Farma sebagai bahan pembelajaran agar bisa terus berkembang.
Karena itu, dia kembali menekankan pentingnya kolaborasi di waktu-waktu darurat seperti pandemi. Ia menganalogikan pentingnya kerja sama tersebut seperti upaya para Avengers melawan Thanos—salah satu penjahat terkuat dalam serial Marvel.
"Avengers saat lawan Thanos, itu enggak bisa sendirian. Mana bisa kan Spiderman mengalahkannya sendiri, harus dengan bantuan anggota lain secara kerja sama," tandasnya.