BUSINESS

Polytron Indonesia dan Pengalaman Kegagalan di Balik Inovasi

Tidak semua inovasi meraih kesuksesan, ada pula yang gagal.

Polytron Indonesia dan Pengalaman Kegagalan di Balik InovasiMotor listrik produksi Polytron, EVO Electric, di IMOS 2022. (Fortuneidn/Bayu)
21 June 2024

Jakarta, FORTUNE - Hampir lima dekade berdiri, PT Hartono Istana Teknologi (Polytron Indonesia) terus meramu resep berInovasi. Meski kadang gagal, anak usaha Grup Djarum itu tidak gentar mengembangkan produk anyar.

“Polytron juga punya produk yang tak berhasil,” kata Tekno Wibowo, Commercial Director Polytron Indonesia, kepada Fortune Indonesia (22/3). “Kami pernah masuk ke [segmen] smartphone di 2011.”

Kekhawatiran terputus dengan konsumen, yang mulai mengandalkan ponsel pintar ketimbang produk elektronik harian seperti TV dan speaker, menjadi landasan di balik keputusan itu.

Awalnya, Polytron optimistis menjejakkan kaki ke segmen itu. Di atas kertas, hasil riset perusahaan menunjukkan prospek cemerlang. Namun, nyatanya, setelah masuk ke medan pertempuran, kesulitan mulai terasa. Sembari tertawa, Tekno mengakui kegagalan itu. 

Menurutnya, menjual ponsel pintar mirip dengan menjajakan makanan laut.

Seafood kalau dapat hari ini harus dijual hari ini. Kalau tidak, besok sudah basi,” ujarnya. Ponsel pintar juga. Jika terlambat dijual, maka nilainya akan terkikis oleh kemunculan ragam teknologi baru.

Padahal, Polytron butuh setidaknya enam bulan untuk merakit ponsel pintar. Sebab, komponen chipset yang menjadi nyawanya harus dibeli lewat impor. Setelah itu, hanya ada tiga bulan untuk memasarkannya. Karena, setelah itu akan ada chipset baru yang masuk ke pasar.

“Kami setengah mati mengikutinya,” ujarnya. “Ya Qualcomm rilis [chipset] A, 6 bulan lagi sudah rilis B. Wah gila kami.”

Di sisi lain, saat itu, mencari talenta baru untuk posisi teknisi pun tak mudah, yang membuat kondisi kian berat. Tak ayal, Polytron pun kewalahan dari segi pengembangan. Karena tak kuasa menahan cepatnya arus perubahan teknologi smartphone, Polytron hanya sanggup bertarung pada segmen itu sekitar 6 tahun. Produk terakhir dari lini bisnis itu, Prime 7 Pro, yang dirilis pada 2018.

Tak takut melanjutkan pertaruhan dalam inovasi

Apa yang salah dari langkah Polytron kala itu? Tekno bilang, faktor pemilihan waktu turut memengaruhi hasil inovasi Polytron pada segmen ponsel pintar. Karena Qualcomm, pembuat chip, umumnya akan merilis chip baru setiap enam bulan.

Hal itu memaksa produsen HP, termasuk Polytron, untuk segera menjual sisa stok smartphone. Artinya, usia pakai HP lebih pendek dari produk-produk elektronik Polytron lain, yang umumnya dikembangkan selama 8 bulan.

“Sekarang masih lebih baik, karena [chipset rilis] setahun sekali, bukan dua kali,” kata Tekno. Dengan pergeseran itu, apa Polytron akan masuk lagi ke bisnis ponsel pintar? “Kami akan lihat lagi nanti. Selama ada peluang, posisinya tampak, kan.”

Gagal di segmen tertentu tak lantas menghentikan semangat Polytron memperluas portofolio produknya. Bahkan di tengah lesunya pasar saat pandemi, Polytron tetap mengambil risiko dengan masuk ke segmen motor listrik berbekal riset pasar dan rencana yang sudah digodok sejak 2019. Meskipun dengan berbagai risiko dan tantangan di balik peluang pertumbuhannya.

Karena, menurut Tekno, pengembangan perangkat motor listrik sangat dekat dengan teknologi yang sudah Polytron kuasai. Tak seperti motor bensin. Teknisi mereka pun sudah memiliki pengalaman menangani produk elektronik dengan komponen serupa.

Namun, merilis produk motor listrik bukan perkara instan. Polytron butuh waktu setidaknya tiga tahun demi memastikan Fox-R pantas untuk melenggang ke pasar komersial pada 2021. Itu pun setelah mengumpulkan banyak masukan dari konsumen dan ratusan kali uji coba dan kegagalan (trial and error).

Kendati demikian, itu bukanlah penghalang bagi Polytron.

“Justru memang seninya mengembangkan produk seperti itu,” ujarnya.

Pada 2023, Polytron telah menjual sekitar 6.000 unit Fox-R. Sementara pada 2024, perusahaan menargetkan penjualan hingga 20.000 unit. Itu didukung oleh produksi sebanyak 5.000 unit per bulan di fasilitas produksinya di Sayung, sekitar 10 KM dari Semarang.

Ke depan, Polytron juga akan memperkuat ekosistem motor listriknya dari segi stasiun pengisian baterai, park charging, hingga merilis model-model baru. 

“Juli nanti ada model-model baru juga,” kata Tekno.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.