Konflik Iran-Israel, Ekonom Perkirakan Fed Tahan Suku Bunga Acuan

Bagian dari efek domino lain akibat konflik Iran-Israel.

Konflik Iran-Israel, Ekonom Perkirakan Fed Tahan Suku Bunga Acuan
The Federal Reserve ( FED ) to control interest rates. (Shutterstock/Pla2na)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Sejumlah Ekonom memprediksi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat alias Fed akan menahan Suku Bunga Acuan lebih lama, akibat serangan pesawat drone Iran ke Israel yang mengeskalasi ketegangan di Timur Tengah.

Ekonom dan Guru Besar Universitas Indonesia, Mari Elka Pangestu, mengatakan bahwa proyeksi langkah Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen adalah satu dari berbagai efek domino lain yang terjadi, seperti naiknya harga minyak, emas, dan menguatnya dolar AS.

“Ini skenario di mana diperkirakan harga minyak akan naik, production cost naik, inflasi naik dan ini akan memengaruhi pemulihan di AS, memperlambat penurunan suku bunga yang harusnya terjadi di second half of this year," ujar Mari dalam diskusi daring, Senin (15/4).

Nilai rupiah

Sementara itu, ekonom yang merupakan mantan Menteri Riset dan Teknologi RI, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan bahwa keputusan Fed ini bisa terjadi dan berdampak pada nilai rupiah.

“Secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius, dan ini yang bisa membuat rupiah menjadi tertekan,” ujarnya di acara yang sama.

Untuk mengatasi tantangan ini, menurut Bambang, Bank Indonesia mungkin akan melakukan intervensi, namun tidak menggunakan cadangan dolar AS yang akibatnya bisa fatal.

“Sekarang gara-gara Iran-Israel ini, investor akan mencari save haven, tempat paling aman itu selalu dua, satu US dollar, satu US treasury bond," ujarnya.

Pengaruh ke Indonesia

Dengan demikian, Mari Elka menegaskan bahwa ketegangan Iran-Israel bisa berpengaruh pada perekonomian Indonesia.

"Perkiraannya, eskalasinya kemungkinan rendah, karena tidak ada yang mau terjadi eskalasi yang akan merugikan, termasuk ke Amerika, karena akan ada banyak sumber daya yang harus dikeluarkan, terlebih tahun ini juga tahun pemilihan umum di AS," ujarnya.

Salah satu dampaknya, kata Mari, adalah harga minyak yang akan meningkat, dan berpengaruh pada inflasi, yang mempersulit suku bunga susah turun.

“Per 12 April harga emas naik 16 persen, harga minyak, US Treasury Bond 10 year juga sudah naik dan dolar AS terus menguat. Kemudian untuk Indonesia, rantai pasok impor melalui [Terusan] Suez akan mengalami gangguan akan mengganggu impor kita seperti minyak, gandum, dan lainnya," katanya.

Situasi sedemikian dipandang dapat menjadi tantangan bagi pemerintahan Indonesia yang akan terpilih selanjutnya. Hal Ini akan menyebabkan masalah anggaran dan fiskal, bahkan defisit anggaran.

“Kalau harga minyak naik, subsidi BBM akan naik kecuali harga BBM mau dinaikkan,” ujarnya.

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

IDN Channels

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi