Jakarta, FORTUNE – Sejumlah Ekonom memprediksi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat alias Fed akan menahan Suku Bunga Acuan lebih lama, akibat serangan pesawat drone Iran ke Israel yang mengeskalasi ketegangan di Timur Tengah.
Ekonom dan Guru Besar Universitas Indonesia, Mari Elka Pangestu, mengatakan bahwa proyeksi langkah Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen adalah satu dari berbagai efek domino lain yang terjadi, seperti naiknya harga minyak, emas, dan menguatnya dolar AS.
“Ini skenario di mana diperkirakan harga minyak akan naik, production cost naik, inflasi naik dan ini akan memengaruhi pemulihan di AS, memperlambat penurunan suku bunga yang harusnya terjadi di second half of this year," ujar Mari dalam diskusi daring, Senin (15/4).
Nilai rupiah
Sementara itu, ekonom yang merupakan mantan Menteri Riset dan Teknologi RI, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan bahwa keputusan Fed ini bisa terjadi dan berdampak pada nilai rupiah.
“Secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius, dan ini yang bisa membuat rupiah menjadi tertekan,” ujarnya di acara yang sama.
Untuk mengatasi tantangan ini, menurut Bambang, Bank Indonesia mungkin akan melakukan intervensi, namun tidak menggunakan cadangan dolar AS yang akibatnya bisa fatal.
“Sekarang gara-gara Iran-Israel ini, investor akan mencari save haven, tempat paling aman itu selalu dua, satu US dollar, satu US treasury bond," ujarnya.
Pengaruh ke Indonesia
Dengan demikian, Mari Elka menegaskan bahwa ketegangan Iran-Israel bisa berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
"Perkiraannya, eskalasinya kemungkinan rendah, karena tidak ada yang mau terjadi eskalasi yang akan merugikan, termasuk ke Amerika, karena akan ada banyak sumber daya yang harus dikeluarkan, terlebih tahun ini juga tahun pemilihan umum di AS," ujarnya.
Salah satu dampaknya, kata Mari, adalah harga minyak yang akan meningkat, dan berpengaruh pada inflasi, yang mempersulit suku bunga susah turun.
“Per 12 April harga emas naik 16 persen, harga minyak, US Treasury Bond 10 year juga sudah naik dan dolar AS terus menguat. Kemudian untuk Indonesia, rantai pasok impor melalui [Terusan] Suez akan mengalami gangguan akan mengganggu impor kita seperti minyak, gandum, dan lainnya," katanya.
Situasi sedemikian dipandang dapat menjadi tantangan bagi pemerintahan Indonesia yang akan terpilih selanjutnya. Hal Ini akan menyebabkan masalah anggaran dan fiskal, bahkan defisit anggaran.
“Kalau harga minyak naik, subsidi BBM akan naik kecuali harga BBM mau dinaikkan,” ujarnya.