Minyak Melonjak Usai Ledakan Iran Picu Kecemasan Konflik Timur Tengah
Brent diperkirakan bergerak US$70 hingga US$90 di 2024.
Jakarta, FORTUNE - Harga Minyak mentah melonjak usai serangan bom di Kota Kerman, Iran, membawa kekhawatiran meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Terlebih, tensi antara Israel dan Iran belakangan memanas lantaran Sayyed Razi Mousavi, salah satu jenderal top Iran, dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di wilayah Damaskus, Suriah.
Selama ini, berbagai pihak mencemaskan Iran akan masuk dalam palagan antara Israel dan Palestina lantaran negara tersebut ditengarai terlibat dalam serangan yang dilancarkan Hamas pada November 2023.
Otoritas Iran mengatakan anggapan bahwa ledakan yang menewaskan hampir 100 orang di dekat makam Qassem Soleimani, satu jenderal paling berpengaruh di Iran, tersebut dilakukan untuk menghukum sikapnya terhadap Israel.
Deputi Bidang Politik Presiden Iran, Mohammad Jamshidi, lewat akun pribadinya di X, mencurigai bahwa Israel dan AS berada di balik serangan tersebut. Sementara Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khameini, mengatakan akan merespons keras para pelaku penyerangan—meski tak menyebut pihak yang dicurigai bertanggung jawab.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent naik 53 sen atau 0,7 persen menjadi US$78,78 per barel pada pukul 07:30 GMT—sekitar 14.30 WIB—,sementara kontrak berjangka minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) naik 66 sen, atau 0,9 persen menjadi U$73,36 per barel.
Kedua harga patokan tersebut juga naik sekitar 3 persen pada penutupan Rabu (3/1) lalu, pertama kalinya dalam lima hari terakhir. WTI bahkan mencatat kenaikan persentase harian terbesar sejak pertengahan November.
Sebagai informasi, Qassem Soleimani merupakan komandan Pasukan Quds sekaligus sosok penting yang mengarsiteki pengaruh agama di Iran, dan mati dihantam oleh peluru dari sebuah drone yang diklaim sebagai milik Amerika Serikat pada 3 Januari 2020. Dan ketika ledakan bom terjadi, masyarakat Iran tengah empat tahun kematian Soleimani di dekat makamnya.
Ledakan pertama pada Rabu (3/1) itu terjadi sekitar pukul 15 waktu setempat, dan ledakan berikutnya menyusul 20 menit kemudian, demikian laporan Associated Press. Dari ledakan kedua itulah korban tewas dan cedera banyak jatuh.
Foto dan video yang dibagikan via berbagai platform media sosial terlihat cocok dengan laporan pihak berwenang yang mengatakan ledakan pertama berjarak sekitar 700 meter dari makam Soleimani di Pemakaman Para Syuhada di Kerman. Orang-orang yang panik berlarian menyusuri Jalan Martir tempat ledakan kedua terjadi, dan berjarak sekitar 1 km dari makam.
Ledakan kedua yang lebih lambat biasanya merupakan taktik kelompok militan untuk memakan banyak korban, yakni dengan menargetkan personel gawat darurat yang menanggapi serangan.
Selain potensi meluasnya konflik Israel-Palestina, kenaikan harga juga ditengarai kecemasan atas berlanjutnya gangguan pasokan di Timur Tengah akibat gangguan produksi lapangan minyak Sharara di Libya. Protes lokal memaksa penutupan penuh produksi di lapangan minyak yang dapat memproduksi hingga 300.000 barel per hari tersebut.
"Sejumlah judul berita seputar ketegangan lebih lanjut di Laut Merah dan penutupan penuh lapangan minyak Sharara Libya akibat protes lokal telah memperbarui kekhawatiran tentang gangguan pasokan minyak global," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG ASIA PTE.
Kecemasan di Laut Merah
Di samping itu, kekhawatiran pengiriman di Laut Merah juga menjadi faktor lain kenaikan harga. Ini lantaran kelompok militan Houthis, yang didukung Iran dari Yaman, mengatakan bahwa mereka telah "mengincar" kapal kontainer yang menuju ke Israel. Komando Sentral AS mengatakan milisi tersebut telah menembakkan dua rudal balistik anti-kapal di Laut Merah selatan pada hari sebelumnya.
Kecemasan pasar juga didukung oleh data dari American Petroleum Institute, yang menunjukkan stok minyak mentah AS turun 7,4 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 29 Desember.
Data mingguan dari Energy Information Administration, lembaga statistik Departemen Energi AS, dijadwalkan pada pukul 11:00 pagi (1600 GMT) pada hari Kamis, tertunda satu hari karena libur Tahun Baru pada hari Senin. Sementara itu, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) mengatakan pada Rabu bahwa kerja sama dan dialog dalam aliansi produsen OPEC+ yang lebih luas akan berlanjut, setelah anggota OPEC Angola mengatakan akan meninggalkan blok tersebut bulan lalu.
Pertemuan kelompok tersebut diumumkan pada 1 Februari untuk meninjau implementasi pemotongan produksi minyak terbaru. Analis di Goldman Sachs memperkirakan harga Brent akan berada dalam kisaran US$70 hingga US$90 per barel pada 2024 berdasarkan pasokan OPEC+ yang fleksibel, risiko resesi yang rendah, dan pembelian strategis cadangan minyak oleh China dan AS.