Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia (BI) menyatakan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian global. Salah satu langkah yang akan ditempuh adalah pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder hingga mencapai Rp150 triliun sebagai bagian dari rencana operasi moneter pada 2025.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan rencana tersebut telah disepakati bersama dengan Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
"Kami sepakat mengenai rencana penerbitan SBN dan rencana pembelian SBN dari pasar sekunder," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (18/12).
Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat tipis 3 poin setelah sempat menguat 25 poin pada level Rp16.097 dari penutupan sebelumnya pada level Rp16.099.
Langkah pembelian SBN ini menjadi bagian dari strategi BI memperkuat stabilitas rupiah, yang sepanjang Desember 2024 telah terdepresiasi hingga 1,37 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya akibat penguatan dolar AS dan ketidakpastian global.
Perry mengatakan kondisi ini turut dipengaruhi oleh preferensi investor global yang cenderung kembali ke Amerika Serikat.
Namun, ia menekankan bahwa Pelemahan Rupiah tetap terkendali jika dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea, yang masing-masing telah melemah lebih dari 5 persen.
"Fokus kami adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan berbagai instrumen, termasuk intervensi di pasar spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian SBN dari pasar sekunder," ujar Perry.
Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan instrumen operasi moneter berbasis pasar, seperti Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI), untuk menarik aliran masuk investasi portofolio asing. Perry menyebut bahwa kebijakan ini akan memberikan imbal hasil yang menarik bagi investor sekaligus mendukung penguatan rupiah.
"Kami telah meningkatkan jumlah intervensi dan memperkuat keandalan instrumen moneter untuk memastikan stabilitas nilai tukar rupiah. Pembelian SBN menjadi bagian dari langkah ekspansi dalam operasi moneter kami," ujarnya.
BI mencatatkan arus masuk atau inflow sebesar US$800 juta pada Desember 2024, terutama dari pasar SBN, meskipun secara keseluruhan pada triwulan IV-2024 terjadi outflow sebesar US$2,4 miliar, yang didominasi pasar saham.
Tahan suku bunga acuan
Dalam upaya menjaga stabilitas pasar keuangan, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 6 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 17-18 Desember 2024.
Perry menyatakan keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian global dan nilai tukar rupiah yang masih rentan.
"Kami tetap membuka ruang untuk penurunan suku bunga di masa depan, tetapi saat ini fokus utama kami adalah stabilisasi nilai tukar rupiah," katanya.