FINANCE

Rupiah Masih Tertekan, BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan

Nilai rupiah terhadap dolar AS masih melemah.

Rupiah Masih Tertekan, BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuanilustrasi suku bunga naik (unsplash/towfiqu barbhuiya)
18 December 2024

Fortune Recap

  • Ekonom LPEM FEB UI menyarankan BI mempertahankan suku bunga acuannya.
  • Pengumuman rencana tarif Trump mendorong penguatan dolar AS dan arus keluar modal Indonesia sekitar US$0,75 miliar.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menyatakan Indonesia tengah menghadapi tekanan ekonomi signifikan, dengan arus modal keluar mencapai US$0,75 miliar dan depresiasi rupiah 1,39 persen secara bulanan, dari Rp15.770 menjadi Rp15.990 per dolar AS.

Situasi tersebut dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi perang dagang yang diinisiasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, menyarankan Bank Indonesia (BI) mempertahankan Suku Bunga Acuannya pada level 6,00 persen dalam rapat Dewan Gubernur bulan ini demi menanggapi situasi tersebut.

"Kekhawatiran terkait perang dagang semakin nyata setelah pernyataan Trump pada 2 Desember yang menyebutkan rencana tarif sebesar 25 persen untuk semua impor dari Kanada dan Meksiko, serta tambahan 10 persen untuk produk dari Cina," kata dia dalam laporannya yang dikutip Rabu (18/12).

Pengumuman Trump tersebut langsung mendorong penguatan dolar AS karena investor memindahkan asetnya dari negara berkembang, termasuk Indonesia, ke instrumen berbasis dolar AS.

Akibatnya, Indonesia mengalami arus keluar modal sekitar US$0,75 miliar sejak pertengahan November, yang terdiri dari US$0,35 miliar dari aset obligasi pemerintah dan aksi jual bersih asing sebesar US$0,40 miliar di pasar modal domestik.

Aksi jual investor asing terhadap obligasi pemerintah Indonesia terutama terjadi pada obligasi jangka pendek. Ini tecermin pada kenaikan imbal hasil obligasi tenor 1 tahun dari 6,33 persen pada 19 November menjadi 6,74 persen pada 13 Desember.

Sementara itu, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun hanya mengalami peningkatan tipis dari 6,93 persen menjadi 7,05 persen pada periode yang sama. Kurva imbal hasil yang menyempit ini mengindikasikan kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi jangka pendek Indonesia.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.