Jakarta, FORTUNE - Sebanyak 43 persen Masyarakat atau konsumen di Indonesia merasakan khawatir dan cemas terhadap ketidakpastian ekonomi nasional. Hal itu tertuang dalam ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2024, yakni studi unggulan terbaru UOB. Tercatat, dari 43 persen tersebut terdiri dari 25 persen masyarakat khawatir dan 18 persen masyarakat cemas terhadap keadaan ekonomi Indonesia.
"Kekhawatiran terhadap Resesi juga meningkat, dengan hampir tiga dari empat konsumen Indonesia mengatakan bahwa mereka yakin resesi akan terjadi dalam enam hingga 12 bulan ke depan, naik tiga poin persentase dari tahun lalu dan lebih tinggi dari rata-rata regional sebesar 71 persen," tulis laporan tersebut yang dikutip di Jakarta, Senin (9/12).
Inflasi dan biaya hidup jadi beban pikiran warga
Dari kekhawatiran tersebut, inflasi yang meningkat dan Biaya Hidup rumah tangga yang tinggi menjadi salah satu penyebab pesimisme dan menjadi masalah utama keuangan bagi masyarakat Indonesia.
Menanggapi hal ini, 62 persen responden memulai tambahan sumber pendapatan sekunder, 58 persen menunda pengeluaran besar, dan 54 persen memotong pengeluaran yang tidak penting.
"Temuan ini menegaskan kematangan finansial konsumen Indonesia yang semakin meningkat, bahkan di tengah tantangan ekonomi," kata Consumer Banking Director UOB Indonesia, Cristina Teh Tan.
Gen Z jadi tertekan dan sulit menabung
Tekanan finansial juga berdampak pada kemampuan konsumen untuk menabung dan berinvestasi. Hampir separuh responden mengatakan bahwa kemampuan mereka untuk menabung terdampak, dengan Gen Z menjadi kelompok yang paling merasakan tekanan ini sebanyak 54 persen.
Demikian pula, 40 persen responden melaporkan adanya tantangan dalam menyisihkan uang untuk investasi, dan kelompok mass aflluent merupakan kelompok yang paling terdampak atau 43 persen.
Selain itu, 35 persen konsumen melaporkan kesulitan dalam membeli barang-barang penting untuk keluarga dan diri mereka sendiri, dan 40 persen mass consumer menyatakan kesulitan tersebut.