Backlog Perumahan 12,7 juta, Kinerja BP Tapera Diharap Lebih Optimal

Penempatan dana subsidi harus fokus ke perumahan.

Backlog Perumahan 12,7 juta, Kinerja BP Tapera Diharap Lebih Optimal
Ilustrasi KPR Perumahan/ Shuterstock Gungpri
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Pekerjaan Umum dan Rumah dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat angka backlog perumahan saat ini tembus 12,7 juta. Angka tersebut menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memiliki rumah. 

Dari angka tersebut, backlog rumah di perkotaan mencapai 10 juta sementara untuk warga di pedesaan mencapai 2,7 juta. Bahkan, angka backlog tersebut hanya turun tipis dibandingkan pada 2010 yang tercatat 13,5 juta unit. Padahal, pemerintah mentargetkan agka backlog kepemilikan rumah bisa ditekan menjadi 8 juta pada 2045. 

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Properti Colliers, Aleviery Akbar menilai kinerja Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakat (BP Tapera) belum optimal dan harus terus ditingkatkan. Menurutnya, salah satu hambatan yang jadi penyebab masih tingginya backlog rumah ialah terbatasnya kategori subsidi peserta BP Tapera. 

"Peserta BP Tapera masih terbatas pada Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI/Polri,  dan pegawai BUMN menjadi salah satu penyebab kinerja lembaga tersebut tidak tercapai," kata Aleviery melalui keterangan tertulis yang ditermika di Jakarta, Rabu (30/8).

Penempatan dana subsidi BP Tapera harus fokus ke perumahan

Ilustrasi penyaluran kredit perumahan. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Sementara itu, Pengamat Properti Panangian Simanungkalit juga menyoroti kinerja BP Tapera yang dinilai belum sejalan dengan misi yang dikawal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Keuangan terkait perumahan. 

Panangian juga membedah berbagai keputusan BP Tapera termasuk dalam penempatan dana subsidi perumahan yang diterima lembaga tersebut. Sebagai lembaga yang berfokus memenuhi rumah rakyat, lanjutnya, BP Tapera sepatutnya menempatkan dana pada lembaga keuangan yang fokus dalam penyaluran kredit perumahan. 

“Penempatan dana yang didapat dari APBN itu kan bukan dengan lembaga keuangan yang fokus di perumahan. Seharusnya tidak bolehlah mikirin cuan. Apapun latar belakangnya, harus ada visi yang sama untuk mempercepat penurunan backlog,” jelas Panangian. 

Dengan strategi BP Tapera yang bertolak belakang dari misinya tersebut, tambah Panangian, angka backlog perumahan bisa semakin memburuk. Dia merinci, ketika Presiden Soeharto turun dari jabatannya, angka backlog di Indonesia hanya 5,3 juta unit. 

Padahal, Panangian menuturkan saat pidato Wakil Presiden ke-1 Republik Indonesia, M. Hatta di Kongres Perumahan pada 1950, ditargetkan dalam 50 tahun mendatang orang Indonesia harus merdeka dari sisi perumahan. 

“Itu artinya pada tahun 2000 angka backlog bisa 0. Tapi kenyataannya, hingga saat ini backlog malah naik dua kali lipat dari 5,3 juta unit menjadi 12,7 juta unit,” tegas Panangian.  

Seperti diketahui bersama, BP Tapera telah efektif bekerja sejak 2019 dengan dipimpin satu komisioner beserta empat deputi. Namun, sejauh ini, lembaga yang berada langsung di bawah Presiden tersebut hanya mampu menyalurkan 120 ribu unit rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), di mana mayoritas merupakan ASN dan pegawai BUMN.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya