Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi Cadangan Devisa (cadev) Indonesia mencapai US$145,1 miliar pada Januari 2024. Posisi itu turun bila dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2023 yang mencapai US$146,4 miliar.
Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono menilai, penurunan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jatuh tempo pembayaran utang luar negeri pemerintah.
“Meskipun demikian, cadangan devisa Indonesia masih setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” jelas Erwin melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (7/2).
Pemerintah harus waspadai kondisi ekspor di tahun politik
Sementara itu, Ekonom sekaligus Direktur Celios, Bhima Yudhistira juga menyoroti penurunan tingkat cadangan devisa. Menurutnya, ini dipengaruhi oleh kebutuhan untuk pembayaran bunga dan pokok Utang Pemerintah yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan penambahan utang baru.
Di sisi lain, Yudhistira juga menekankan pentingnya waspada terhadap kondisi ekspor Indonesia pada tahun 2024. Proyeksi ekspor ke tujuan tradisional, terutama China, dinilai kurang menggembirakan. Selain itu, harga ekspor unggulan juga diprediksi akan berpengaruh terhadap neraca dagang yang pada akhirnya dapat menggerus cadangan devisa.
"Ekspor di tujuan tradisional khususnya China prospeknya kurang bagus, harga ekpsor unggulan juga akan berpengaruh terhadap neraca dagang yang akhirnya akan menggerus cadev," kata Bhima, kepada Fortune Indonesia, Rabu (7/2).
Tidak hanya itu, lanjut Bhima, situasi politik juga dianggap memegang peranan penting dalam menentukan realisasi atau masuknya investasi asing dari negara lain. Melihat kecenderungan lima tahun terakhir, investasi asing cenderung melambat menjelang pemilu dan baru akan naik setelahnya. Kebutuhan impor untuk proyek infrastruktur juga diprediksi akan memberikan tekanan tambahan terhadap cadangan devisa.
Meski demikian, BI kembali menegaskan, ke depannya cadangan devisa diperkirakan akan tetap memadai. Hal ini didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.