BI Ungkap Tiga ‘Biang Kerok’ Perlambatan Ekonomi Global di 2024

Konflik geopolitik buat arus perdagangan terganggu.

BI Ungkap Tiga ‘Biang Kerok’ Perlambatan Ekonomi Global di 2024
Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti memprediksi Ekonomi Global di tahun 2024 masih akan melambat. Kondisi itu disebabkan oleh tiga faktor ‘biang kerok’ global, mulai dari geopolitik hingga arah kebijakan moneter.

Apalagi, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Januari 2024, BI juga telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh sebesar 3,0 persen pada 2023 dan melambat menjadi 2,8% pada 2024. “Di sini kita perkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi 2024 ini akan trending down untuk globalnya,” kata Destry pada acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (7/2).
 

Konflik geopolitik buat arus perdagangan terganggu

Aktivitas ekspor Indonesia (setkab.go.id)

Destry menjelaskan, faktor pertama yang memicu perlambatan ekonomi ialah unsur geopolitik. Mulai dari perang Rusia-Ukraina hingga konflik di jalur Gaza juga menjadi pemicu. Apalagi, memanasnya konflik geopolitik di sejumlah negara dekat laut merah membuat alur perdagangan dunia terganggu.

"Biasanya arus barang Eropa ke Asia langsung lewat Laut Merah atau Terusan Suez, tetapi sekarang harus memutar karena ada keributan di Yaman. Sekarang 10 hingga 14 hari lebih lama,” kata Destry.

Kondisi itu membuat alur perdagangan ekspor impor di negara Asia termasuk Indonesia menjadi terganggu. Kondisi itu juga sempat menjadi perhatian Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2023 mencapai US$36,93 miliar atau turun 33,46 persen jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Fragmentasi ekonomi sejumlah negara

Ilustrasi pemanasan global yang ekstrim. (Pixabay/TheDigitalArtist)

Selain itu, Destry juga menilai, saat ini terjadi fragmentasi ekonomi atau perbedaan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara. “Contoh seperti di Amerika Serikat ternyata ekonominya bisa tumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara maju lainnya sementara Eropa mereka sangat berat sekali ekonominya,” kata Destry.

Dari sisi ekonomi Asia, BI melihat pertumbuhannya masih solid, apalagi ekonomi India diprediksi masih tetap kuat. Meski demikian, Tiongkok masih dalam tren pemulihan ekonomi akibat dampak permasalahan properti.

Kebijakan moneter pengaruhi disinflasi

The Federal Reserve ( FED ) to control interest rates. (Shutterstock/Pla2na)

Sementara itu, untuk faktor ketiga yang pengaruhi ekonomi global ialah kebijakan moneter dunia, khususnya The Fed yang diprediksi baru akan menurunkan bunga acuannya di Semester II-2024.

Kondisi ini diyakini membuat disinflasi yang terjadi secara gradual di sejumlah negara-negara maju. Dengan demikian, inflasi akan tetap turun namun sangat lambat. "Sehingga kita menghadapi environment yang higher for longer. Mereka masih pertahankan suku bunga tinggi," kata Destry.

Dengan kebijakan tersebut, tentunya akan mempengaruhi kenaikan mbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) naik di tahun naga kayu ini.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Inilah Orang Muda Berpengaruh pada Fortune Indonesia 40 Under 40: 2025
Jadi DPO, Adrian Gunadi Masuk Red Notice Interpol & Paspor Dicabut
GOTO dan Grab Bicarakan Merger pada 2025, Makin Intensif
Harga Saham Bank Central Asia (BBCA) Hari Ini, 05 February 2025
GAPEKA 2025 Berlaku, Apa Saja yang Berubah?
Harga Saham Bank Central Asia (BBCA) Hari Ini, 04 February 2025