Jakarta, FORTUNE - Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI) kembali naik 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen pada periode April 2024. Kenaikan ini menjadi yang pertama di tahun 2024 setelah sebelumnya sempat naik 25 bps pada Oktober 2023. Lantas degan adanya kebijakan itu, apakah bunga kredit perbankan juga bakal terkerek naik?
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja menegaskan bahwa pihaknya tidak serta merta langsung menaikkan suku bunga kredit hingga deposito. Ada pertimbangan yang matang dari tim internal bank untuk keputusan tersebut.
"Kalau BI-rate naik, lalu serta-merta bunga pinjaman dinaikkan juga mungkin tidak tepat. Kita harus lihat apakah memang ada kebutuhan untuk itu," kata Jahja saat konferensi pers beberapa waktu lalu.
Jahja menambahkan, pihaknya akan terus memantau kondisi dan kebutuhan pasar dan likuiditas bank. Apalagi, kondisi likuiditas BCA cukup tebal dengan posisi rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan-deposit ratio (LDR) BCA saat ini berada di level 70 persen
"Kalau kita rasakan masih cukup, hal ini kita tidak lakukan adjustment. Jadi saya pikir fleksibilitas itu tergantung situasi dan kondisi dari setiap bank," kata Jahja.
Jahja menilai bahwa keputusan BI menaikkan bunga acuan dirasa sudah tepat lantaran untuk mengimbangi bunga dari bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed). Hal itu perlu dilakukan untuk menambah kepercayaan investor asing di Indonesia.
Bunga BI naik, kredit bank diprediksi akan tetap kuat
Sejalan dengan hal itu, Direktur Consumer Banking CIMB Niaga Noviady Wahyudi juga menilai bunga bank tak serta merta langsung naik akibat kebijakan BI. Pria yang akrab dipanggil Dede menyebut, saat ini ekonomi dunia sedang menyoroti konflik geopolitik dari Timur Tengah. Namun demikian, pihaknya optimis kebijakan ini tidak akan mengganggu lokomotif bisnis perbankan khususnya konsumer. Seperti diketahui, BI mencatat kredit perbankan masih tumbuh tinggi sebesar 12,40 persen (yoy).
"Kami berharap perbankan akan terus optimis, dan tidak memiliki shock economy. As Possible, bank pasti akan berusaha untuk tetap melanjutkan fungsi intermediasi, tak terkecuali bagi CIMB Niaga,” kata Noviady.
Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman memandang keputusan BI semata-mata untuk memastikan stabilitas ekonomi dan pasar keuangan tetap terjaga di tengah risiko global yang meningkat.
"Risiko ini termasuk konflik geopolitik di Timur Tengah dan potensi tertundanya kemungkinan penurunan tingkat suku bunga Amerika Serikat atau Fed Fund Rate (FFR).
Dalam hal ini, Bank Mandiri juga menilai bahwa terjaganya stabilitas keuangan sangat penting bagi sektor keuangan khususnya perbankan dan ekonomi secara makro agar dapat menerapkan strategi yang lebih baik dan prudent, di tengah berbagai ketidakpastian dan fluktuasi global.