Jakarta, FORTUNE - Sejumlah bankir menyambut positif kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan Suku Bunga Acuan atau BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00 persen di Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode September 2024.
Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan menilai, kondisi ini akan menurunkan cost of fund (COF) dari perbankan sehingga dapat mendukung bisnis penyaluran kredit. “Ini kabar bagus. Kami harap COF bisa berangsur turun sehingga kredit bisa lebih murah dan bergairah di perbankan,” kata Lani saat dihubungi Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (19/9).
Bunga kredit bank diprediksi turun perlahan
Meski demikian, lanjut Lani, kebijakan ini tidak langsung serta merta berdampak langsung ke bunga kredit dari perbankan. Ia menilai kondisi baru akan berdampak ke bunga bank mulai awal tahun depan.
“Tetapi ini akan perlu waktu, berangsur. Saya rasa baru bisa terlihat impact-nya mulai tahun depan jika secara ekonomi stabil,” kata Lani.
Bila dilihat dari data BI, rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan nasional berada pada level 9,23 persen di Juli 2024. Kondisi ini terbilang stabil bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Seperti diketahui, untuk penyaluran kredit CIMB Niaga hingga semester-I 2024 masih naik 5,9 persen (yoy) menjadi Rp217,1 triliun, terutama berasal dari pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang naik 10 persen (yoy) dan segmen konsumen yang tumbuh 5,8 persen (yoy).
Pemangkasan BI-rate untuk antisipasi kondisi global
Tak hanya itu, bankir lainnya juga menyambut pemangkasan suku bunga acuan bank sentral. Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman menilai keputusan BI ini diambil sebagai upaya menjaga stabilitas untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi global.
“Kebijakan ini menjadi upaya Bank Sentral untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi global, khususnya terkait dengan kebijakan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR), serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Ali.
Adapun, lanjut Ali, penurunan suku bunga ini diharapkan juga dapat berkontribusi pada pengurangan biaya dana di sektor perbankan, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi efisiensi operasional serta pertumbuhan kredit.
Di sisi lain, realisasi penyaluran kredit konsolidasi bank dengan kode saham BMRI ini juga mencapai Rp 1.532 triliun di semester-I 2024, melonjak 20,5 persen secara year on year (yoy).