Jakarta, FORTUNE - Di tengah tantangan perekonomian global, PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. (Adira Finance) masih mencatatkan pembiayaan baru dengan nilai Rp27,8 triliun pada akhir September 2024.
Pembiayaan itu didominasi oleh sektor Otomotif yang porsinya mencapai 76 persen, sedangkan sisanya yang sekitar 24 persen terdiri dari non-otomotif, seperti pembiayaan multiguna.
Chief of Financial Officer Adira Finance, Sylvanus Gani, mengatakan bahwa kondisi Multifinance saat ini masih dibayangi oleh industri otomotif yang sedang lesu. Lemahnya daya beli hingga faktor makroekonomi masih memengaruhi kondisi industri otomotif
“Dengan memperhatikan kondisi industri otomotif yang saat ini masih belum membaik serta kondisi ekonomi yang juga masih menantang, maka kami melihat bahwa kinerja industri otomotif akan sedikit menurun atau flat," kata Gani melalui keterangan tertulis kepada pers beberapa waktu lalu.
Pembiayaan industri multifinance naik 10,18%
Bila dilihat secara industri, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan (PP) masih tumbuh kuat sebesar 10,18 persen (yoy) pada Agustus 2024 menjadi Rp499,29 triliun.
Kondisi itu didukung oleh pembiayaan modal kerja yang meningkat sebesar 10,76 persen (yoy).
Sementara itu, profil risiko industri multifinance terjaga dengan rasio gross non-performing financing (NPF) mencapai 2,66 persen dan NPF net sebesar 0,83 persen.
Pada sisi lain, gearing ratio PP turun menjadi sebesar 2,34 kali, jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Pembiayaan baru Adira Finance di Jawa Tengah naik 13%
Di tengah strategi bisnis, Adira Finance terus menggenjot pembiayaan di daerah-daerah.
Pembiayaan barunya untuk area Jawa Tengah hingga Juni 2024 mencapai Rp1,6 triliun, naik 13 persen (yoy) dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Direktur Adira Finance, Swandajani Gunadi, mengatakan segmen sepeda motor berkontribusi 53 persen dari total pembiayaan baru di Jawa Tengah, diikuti segmen mobil sebesar 22 persen, dan non-otomotif sebesar 25 persen.
Untuk memacu bisnis tersebut, pihaknya bersama Bank Danamon Syariah dan Zurich Syariah menggelar Festival Pasar Rakyat (FPR) 2024 di Solo.
“Sebagai perusahaan yang berfokus pada pengembangan ekonomi lokal, kami ingin menciptakan nilai bersama untuk meningkatkan kesejahteraan pedagang dan masyarakat di Solo,” kata Gunadi.
Melalui FPR 2024, Adira Finance dan mitranya berkomitmen mendukung pengembangan pasar sebagai pusat ekonomi lokal.
Pasar Legi Solo, yang memiliki sejarah panjang sejak didirikan pada masa pemerintahan Mangkunegara I, merupakan salah satu pasar tertua dan terbesar di Solo. Setelah melalui revitalisasi pada 2021, pasar ini kini tampil lebih modern dengan sistem pembayaran non-tunai melalui QRIS atau dompet digital.
Meski begitu, pasar ini masih menghadapi tantangan dalam menarik jumlah pengunjung yang optimal.
Survei dari Dinas Perdagangan Kota Solo menunjukkan kapasitas Pasar Legi yang bisa menampung hingga 321 pedagang kios dan 2.918 pedagang los dan pelataran belum sepenuhnya terisi.
Dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat, terutama setelah pandemi covid-19, diperlukan adanya pendekatan yang lebih interaktif dan modern untuk menarik masyarakat kembali ke pasar rakyat.