Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia di tahun 2023 mencatatkan Inflasi sebesar 2,61 persen secara year on year (yoy). Perkembangan inflasi 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2022 yang tercatat sebesar 5,51 persen (yoy).
Berdasarkan analisa Bank Indonesia (BI), inflasi yang rendah juga disebabkan oleh IHK secara bulanan yang rendah dan dipengaruhi oleh terkendalinya inflasi inti dan inflasi volatile food.
Inflasi inti Desember 2023 dipengaruhi oleh libur nataru
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menjelaskan, inflasi inti pada Desember 2023 sebesar 0,14 persen (mtm). "Terutama disumbang oleh komoditas emas perhiasan, gula pasir, dan rekreasi," kata Erwin melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (3/1).
Sementara itu, inflasi kelompok volatile food menurun dari 1,72 persen (mtm) pada bulan November 2023 menjadi 1,42 persen (mtm) di Desember 2023, hal ini didukung oleh pasokan yang membaik di daerah sentra produksi.
Sementara itu, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,39 persen (mtm) di Desember 2023, meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,08 persen (mtm) di November 2023. Hal itu dipengaruhi faktor musiman kenaikan inflasi angkutan udara di periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta dampak kenaikan aneka rokok akibat kenaikan tarif cukai tembakau.
BI proyeksikan inflasi 2024 capai 2,5%
Erwin menambahkan, inflasi yang terjaga dalam kisaran sasarannya merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan Pemerintah (Pusat dan Daerah).
Sinergi tersebut dilakukan dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
"Inflasi inti 2023 secara tahunan terjaga rendah sebesar 1,80 persen (yoy), sejalan dengan konsistensi kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar Rupiah," kata Erwin.
Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2024.