BPS Catat Inflasi 2023 2,61 Persen, Terendah dalam 20 Tahun Terakhir
Inflasi komponen harga bergejolak nyaris 7 persen.
Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Inflasi Desember 2023 secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 2,61 persen.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 113,59 pada Desember 2022 menjadi 119,56 pada Desember 2023.
Realisasi inflasi 2023 secara tahunan, menurutnya, juga merupakan yang terendah dalam 20 tahun terakhir, "di luar periode terdampak pandemi, yakni 2021 dan 2022," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (2/1).
Jika diperinci berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan 0,81 persen. Kelompok ini juga memberikan andil inflasi 1,60 persen terhadap inflasi umum.
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi kelompok ini adalah beras (0,53 persen), cabai merah (0,25 persen), rokok kretek filter (0,17 persen), cabai rawit (0,10 persen), dan bawang putih (0,08 persen).
"Beberapa komoditas lainnya yang menjadi penyumbang terbesar inflasi desember 2023 adalah emas perhiasan dengan andil sebesar 0,11 persen, dan tarif angkutan udara dengan andil 0,08 persen," katanya.
Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan wilayah, sebaran inflasi tahunan pada Desember 2023 terjadi pada 90 atau seluruh wilayah kabupaten/kota yang disurvei BPS. Meski begitu, terdapat 50 kota yang mengalami inflasi tahunan lebih tinggi dari inflasi nasional.
"Jika kita bandingkan dengan 2022, capaian ini cukup baik mengingat [pada 2022] terdapat 63 kota mengalami inflasi tahunan yang lebih tinggi dari inflasi nasional," ujar Amalia.
Sebaran inflasi tertinggi di masing-masing pulau adalah sebagai berikut:
- Sumatera: Tanjung Pandan 3,08 persen
- Jawa: Sumenep 5,08 persen
- Kalimantan: Kota Baru 3,81 persen
- Bali - Nusa Tenggara: Singaraja 4,31 persen
- Sulawesi: Luwuk 4,35 persen
- Maluku - Papua: Merauke 4,67 persen
Amalia menyatakan inflasi di Sumenep menjadi yang tertinggi secara nasional.
Komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Sumenep adalah beras (1,38 persen), emas perhiasan (0,51 persen), cabai merah (0,38 persen), cabai rawit (0,38 persen) dan rokok kretek filter (0,26 persen), dan tongkol diawetkan (0,21 persen).
Inflasi harga begejolak capai 6,73 persen
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan komponennya, inflasi tahunan sebesar 2,61 persen pada Desember 2023 didorong oleh seluruh komponen.
Komponen inti mengalami inflasi tahunan 1,80 persen dengan andil 1,1 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi, antara lain emas perhiasan, biaya sewa rumah, biaya kontrak rumah, gula pasir, dan upah ART," kata Amalia.
Untuk komponen harga diatur pemerintah, terjadi inflasi tahunan sebesar 1,72 persen dengan andil 0,32 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen ini selama setahun terakhir adalah rokok kretek filter, tarif angkutan udara, dan rokok putih.
Adapun, komponen harga bergejolak (volatile food) mengalami inflasi 6,73 persen.
"Komponen ini memberikan andil besar terhadap inflasi tahunan, yakni 1,15 persen. Komoditas dominan memberikan andil inflasi setahun terakhir adalah beras, cabai merah, cabai rawit bawang putih, dan daging ayam ras," ujarnya.
Di luar itu, jika dilihat secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi pada Desember 2023 mencapai 0.41 persen.
"Penyumbang utama inflasi tahunan Desember secara mtm adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,29 persen. Komoditas penyumbang utama inflasi antara lain cabai merah, tarif angkutan udara, bawang putih, tomat dan beras," katanya.