Jakarta, FORTUNE - Progres merger antara PT Bank MNC International Tbk (MNC Bank) dan PT Bank Nationalnobu Tbk atau Bank Nobu (Bank Nobu) terlihat mandek. Bahkan, proses merger itu meleset dari target awal yang dicanangkan rampung Juni 2024.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menyatakan ada kompleksitas dari kedua belah pihak. Wajar saja, kedua bank ini memiliki grup konglomerasi yang berbeda antara Hary Tanoesoedibjo dan James Riady.
“Pemegang saham pengendali (PSP) terus melakukan komunikasi dalam rangka proses negosiasi terkait pemenuhan rasio kepemilikan saham bank hasil merger. Namun demikian, negosiasi tersebut masih memerlukan waktu yang tidak sebentar, dengan mempertimbangkan tingginya kompleksitas bisnis mengingat kedua entitas merupakan bagian dari ekosistem konglomerasi yang besar,” kata Dian melalui keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Selasa (18/6).
Aksi korproasi Hanwha Life tak ganggu merger Bank Nobu dan MNC Bank
Sementara itu, Dian mengatakan aksi Hanwha Life yang mengakuisisi 40 persen saham dari Bank Nobu disebut tidak akan mengganggu aksi merger kedua bank. Menurutnya, OJK belum mendapatkan pengajuan secara tertulis ihwal aksi korporasi dari Hanwha Life dan Bank Nobu.
Dia menegaskan bahwa proses akuisisi pengambilalihan memerlukan waktu yang tidak sebentar karena calon investor perlu mendapatkan persetujuan OJK.
“Sehubungan dengan hal tersebut, OJK mengkomunikasikan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti oleh manajemen Bank Nobu terkait dengan kebijakan OJK mengenai perubahan kepemilikan bank umum yang mengubah pemegang saham pengendali bank,” kata Dian.
Dilansir dari The Korea Times, Hanwha Life dan Bank Nobu telah melakukan penandatanganan stock purchase agreement (SPA) pada 3 Mei 2024.
Aksi korporasi itu dilakukan Hanwha Life untuk memperluas portofolio pasarnya di Asia Tenggara.
Sementara itu, aksi merger antara MNC Bank dan Bank Nobu pada awalnya merupakan upaya untuk memenuhi modal minimum Rp3 triliun pada akhir 2023.
Namun, keduanya kini telah memiliki modal di atas Rp3 triliun dan berfokus pada pengembangan bisnis.