Normalisasi Kebijakan GWM Serap Likuiditas Bank Rp119 Triliun

Alat likuid DPK perbankan dinilai tetap tinggi.

Normalisasi Kebijakan GWM Serap Likuiditas Bank Rp119 Triliun
Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) menyatakan, normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah telah menyerap likuiditas perbankan. Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, penyesuaian GWM Rupiah sejak 1 Maret 2022 menyerap likuiditas perbankan sekitar Rp119 triliun. 

Meski demikian, BI memastikan penyerapan likuiditas tersebut tidak mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit kepada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN. 

Alat likuid DPK perbankan dinilai tetap tinggi

BI mencatat, pada Mei 2022 rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 30,80 persen dan tetap mendukung kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit. 

Tak hanya itu, di tengah normalisasi kebijakan, BI juga memberikan insentif GWM bagi bank yang memberikan penyediaan dana untuk kegiatan ekonomi tertentu dan inklusif. 

"Insentif GWM Rupiah pada Juni 2022 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, ini menunjukkan dukungan positif kredit dan pembiayaan perbankan kepada sektor prioritas dan inklusif," kata Erwin melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Senin (27/6). 

BI telah beli SBN Rp32,54 triliun

Sementara itu, dalam rangka koordinasi fiskal-moneter, BI juga melanjutkan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2022. Hal tersebut dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional. 

Di mana hingga 22 Juni 2022 BI telah membeli SBN senilai Rp32,54 triliun. Hal tersebut dilaksanakan melalui mekanisme lelang utama, greenshoe option, dan private placement. 

Meski demikian, likuiditas perekonomian juga dinilai tetap longgar, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 18,37 persen (yoy) dan 12,15 persen (yoy).

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina