Jakarta, FORTUNE - Kabar PT Bank Panin Tbk. (PaninBank) yang akan diakuisisi oleh Maybank Group sempat ramai diperbincangkan oleh pasar keuangan. Kabar ini berhembus setelah ada isu bahwa Mu'min Ali Gunawan dan Australia and New Zealand Banking Group Limited (ANZ) berniat untuk melepas saham pengendali di PaninBank.
Menanggapi berbagai rumor tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, OJK Dian Ediana Rae menilai sebagai hal yang wajar. Ia memandang kondisi perbankan nasional masih sangat positif dan diminati oleh lembaga keuangan asing.
“Indonesia masih menawarkan potensi yang menjanjikan bagi bank-Bank Asing, terutama karena pangsa pasar yang luas di negara dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa,” jelas Dian melalui keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Jumat (15/11).
Investor asing punya ruang kembangkan inovasi keuangan di RI
Dalam beberapa tahun terakhir, lanjut Dian, kebutuhan layanan keuangan terus meningkat, namun tingkat penetrasi di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan negara-negara tetangga. Kondisi ini memberikan ruang bagi investor untuk mengembangkan berbagai produk perbankan di dalam negeri.
OJK sendiri mencatat indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen pada tahun 2024 ini.
Selain itu, Indonesia juga masih memiliki ekosistem investasi yang kondusif, dengan dukungan kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan, fokus pada inklusi keuangan, serta stabilitas ekonomi yang terus terjaga.
Perkembangan teknologi dan tren digitalisasi juga menambah daya tarik industri ini, karena membuka peluang besar bagi bank asing untuk menawarkan layanan perbankan digital yang inovatif.
“Sejumlah bank asing memang masih mempertimbangkan masuk atau memperluas operasinya di Indonesia, namun juga mempertimbangkan tantangan yang ada, seperti regulasi yang prudent dan persaingan yang kompetitif,” kata Dian.
Dengan peluang dan tantangan tersebut, sektor perbankan Indonesia tetap menjadi salah satu sektor yang sangat menjanjikan bagi investor asing.
NIM bank RI tertinggi di ASEAN
Apalagi bisnis perbankan yang moncer melalui penyaluran kredit, dengan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan nasional yang tinggi masih menjadi daya tarik investor asing.
Melansir data The Global Economy pada akhir 2023, NIM perbankan Indonesia berada di urutan ke dua dari negara-negara ASEAN dengan level 5,06 persen. Sedangkan NIM bank paling tinggi ialah Kamboja dengan level 5,35 persen. Kemudian, posisi paling rendah ditempati oleh Laos sebesar 0,77 persen.
Di sisi lain, Kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Pada September 2024, pertumbuhan kredit masih melanjutkan double digit growth sebesar 10,85 persen (yoy) menjadi Rp7.579 riliun.