Sebulan Jelang Pemilu, BI Diprediksi Menahan Bunga Acuan di 6%

Pemilu diprediksi meningkatkan impor.

Sebulan Jelang Pemilu, BI Diprediksi Menahan Bunga Acuan di 6%
Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) diprediksi bakal menahan Suku Bunga Acuan di 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang akan diumumkan pada (17/1) atau kurang dari sebulan jelang Pemilu. Hal tersebut diungkapkan Kelompok Kajian Kebijakan Makroekonomi, Keuangan, dan Ekonomi Politik Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI) terkait analisa RDG BI.

LPEM FEB UI menilai, proyeksi keputusan bank sentral yang menahan bunga acuan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.

“Rupiah memiliki performa lebih buruk di dua minggu pertama 2024 walaupun tercatat cukup stabil. Menimbang berbagai faktor tersebut, kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00 persen pada bulan ini,” tulis laporan LPEM FEB UI yang dikutip di Jakarta, Selasa (16/1).

Cadev jadi modal stabilitas nilai tukar Rupiah

ilustrasi cadangan devisa (unsplash.com/John McArthur)

Lembaga tersebut juga menilai,posisi terakhir cadangan devisa Indonesia menjadi modal yang baik untuk menahan potensi tekanan Rupiah di masa mendatang. Per 15 Januari, nilai tukar Rupiah tercatat sekitar Rp15,550 per US$, sedikit terdepresiasi sebesar 1,06 persen (y.t.d) sejak awal tahun. 

Bila dibandingkan dengan mata uang negara peers, Rupiah cenderung melemah dibandingkan Rubel Rusia, Rupee India, Lira Brazil, Peso Filipina, dan Peso Argentina. Namun, Rupiah cenderung stabil di beberapa minggu terakhir dan jumlah cadangan devisa saat ini relatif cukup untuk meminimumkan potensi tekanan terhadap Rupiah apabila dibutuhkan.

BI mencatat, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$146,38 miliar di Desember 2023, meningkat drastis sebesar US$8,3 miliar dari US$138,10 di November 2023. Peningkatan cadangan devisa bulanan di Desember tercatat tertinggi sepanjang sejarah, didorong oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan utang luar negeri Pemerintah Indonesia. Tingkat cadangan devisa saat ini setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional yang setara tiga bulan impor.

Pemilu diprediksi meningkatkan impor

ilustrasi bisnis impor (unsplash.com/Andy Li)

Lebih lanjut, dari sisi internal, LPEM FEB UI memandang adanya kemungkinan terjadinya peningkatan impor selama tahun 2024 seiring meningkatnya aktivitas ekonomi dalam negeri menyusul periode Pemilu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia cukup konsistem selama 2023 menyusul data di Desember yang menunjukkan surplus sebesar US$3,3 miliar, meningkat dari US$2,41 miliar di bulan sebelumnya.

Memasuki tahun 2024, pencapaian surplus neraca perdagangan dihadapkan pada tantangan melambatnya permintaan global, terutama terjadi pada mitra dagang utama Indonesia (Tiongkok dan AS).

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi