Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang mengkaji peraturan terkait Initiative Credit Scoring (ICS) atau pemeringkat kredit alternatif sebagai pelengkap dan alternatif penilaian Skor Kredit masyarakat selain melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang menjadi acuan lembaga keuangan nasional. Tak tanggung-tanggung, OJK akan mengamati histori pembayaran Tagihan Listrik hingga aktivitas media sosial masyarakat untuk menentukan skor kredit warga.
Hal itu diungkapkan Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hasan Fawzi, Senin (11/11). Menurutnya, sistem ini guna lebih menjangkau pembiayaan ke masyarakat yang belum memiliki histori kredit di lembaga keuangan.
“Adanya alternative credit scoring memanfaatkan data-data di luar historis kredit. Bisa dari kebiasaan di sosial media, catatan pembayaran utilitas listrik, telepon, apartemen, dan sebagainya. Nanti keluar skor kredit kita,” kata Hasan di Jakarta, Senin (11/11).
BCA siap terapkan penilaian skor kredit dari medsos
Menanggapi hal itu, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menyatakan bahwa BCA siap menerapkan ketentuan tersebut sesuai dengan arahan dari regulator.
"Kita sebagai perbankan tentu akan berkoordinasi, kami akan mendukung seperti apa kira-kira kebijakan pemerintah. Tentunya kami akan bersedia untuk berkomunikasi dengan seluruh stakeholders,” kata Hera saat ditemui di Jakarta, (12/11).
Hera berpandangan, penggunaan data alternatif seperti media sosial dapat melihat aktivitas sosial dari masyarakat seperti perjalanan luar negeri, berkunjung ke tempat tertentu atau berbagai pencapaian. Dengan demikian, pihaknya sedang menyiapkan formula untuk implementasi kebijakan tersebut.
"Jadi menurut kami ini bisa bisa menjangkau ke banyak sektor dan mungkin sudah ada kajian awal yang dimiliki oleh regulator sehingga akhirnya mengeluarkan sebuah formulasi baru untuk penilaian masyarakat," kata Hera.
Kredit BCA naik 14,5%, NPL 2,1%
Seperti diketahui, total Kredit yang disalurkan BCA juga melonjak sebesar 14,5 persen secara tahunan menjadi Rp877 triliun per September 2024. Penyaluran Ini ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi, naik 15,9 persen (yoy) mencapai Rp395,9 triliun.
Pertumbuhan kredit yang solid diikuti dengan terjaganya kualitas pembiayaan perseroan. Rasio kredit bermasalah (NPL) berada di tingkat yang terjaga 2,1 persen. Sedangkan, untuk pencadangan NPL dan LAR pada tingkat yang memadai, masing-masing 193,9 persen dan 73,5 persen.