Jakarta, FORTUNE - Tarif pajak pertambahan nilai (Ppn) yang akan naik dari 11 persen menjadi 12 persen pada 2025 dinilai akan meningkatkan inflasi walau levelnya tergolong moderat. Seberapa besar dampaknya?
Menurut Head of Macroeconomic and Financial Market Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Dian Ayu Yustina, berdasarkan penghitungan tim ekonomi grup perseroan, naiknya tarif PPN ke 12 persen akan menambah inflasi sebesar 0,3 persen.
"Angka inflasi kita sekarang ekspektasinya di kisaran 2 persen di akhir tahun, mungkin sedikit di bawah 2 persen karena memang sudah cukup rendah," kata Dian Ayu, Rabu (20/11). "Hitungan kami kalau ada kenaikan 1 persen inflasi itu, potensi perlambatan ekonomi sekitar minus 0,17 persen."
Secara keseluruhan, Dian menjelaskan, bila PPN naik sebesar 1 persen, akan ada dampak sekitar 0,05 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada 2025 sendiri, Bank Mandiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2 persen.
Kendati demikian, Bank Mandiri menilai pemerintah tetap harus mengatasi sejumlah isu perekonomian yang diperlukan untuk tetap dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu. Misalnya, mendorong program-program yang dapat membantu memulihkan sektor padat karya dan penciptaan lapangan kerja, yang pada akhirnya akan berkaitan dengan kemampuan daya beli.
"Karena itu akan sangat positif nanti terhadap pertumbuhan kelas menengah yang akhirnya akan mendukung pertumbuhan konsumsi," jelas Dian Ayu.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro menambahkan, perbaikan daya beli masyarakat krusial di tengah ambisi pemerintahan baru Prabowo-Gibran membidik pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Penyebab turunnya daya beli masyarakat, selain pandemi, yakni deindustrialisasi yang terjadi prapandemi.
"Yang berikutnya adalah berkurangnya peranan dalam rantai pasokan global," kata Andy. "Ekspor itu dikembalikannya dengan mendorong Indonesia kembali terlibat dalam rantai pasokan global."
Salah satu caranya, yaitu: lebih mengoptimalkan peluang kemitraan ekspor dengan negara-negara yang diuntungkan karena adanya relokasi manufaktur yang awalnya dari Cina. Contohnya, India dan Vietnam. Ditambah dengan penguatan perdagangan intra-ASEAN.
"Kalau kita lihat sampai sejauh ini kita masih relatif di belakang dari tiga negara utama ASEAN lainnya," ujar Andy.