Jakarta, FORTUNE - Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2023 bertumbuh 4,94 persen (YoY), lebih rendah dari kuartal III tahun sebelumnya yang mencapai 5,17 persen.
Lebih lanjut, secara triwulan, ekonomi Indonesia naik 1,69 persen dibanding triwulan II 2023. "Secara kumulatif, Indonesia ekonominya bertumbuh sebesar 5,05 persen," ujar Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar dalam konferensi pers BPS, Senin (6/11).
Menurut Amalia, produk domestik bruto (PDB) di kuartal ketiga atas dasar harga berlaku berjumlah Rp5.296 triliun. Sementara, PDB atas dasar harga konstan senilai Rp3.124,9 triliun.
Pertumbuhan PDB secara kuartal memang lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Ia mengatakan, hal itu serupa dengan pola yang umumnya terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Yang mana pertumbuhan ekonomi di kuartal III selalu lebih rendah daripada kuartal II, kecuali pada 2020 saat terjadi pandemi Covid," katanya.
Adapun, secara spasial, perekonomian Indonesia di hampir seluruh provinsi mengalami pertumbuhan yang melambat (YoY) pada kuartal III ini. Kelompok provinsi di Pulau Jawa menjadi penyumbang perekonomian terbesar dengan kontribusi sebesar 57,12 persen dan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,83 persen (YoY).
Pandangan ekonom
Economist, Global Markets and Treasury Department, Asia Pacific Division at Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Ryota Abe menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2023 sedikit berada di bawah perkiraan pasar sebesar 1,67 persen.
"Alasan utama penurunan ini adalah perubahan negatif secara tahunan dan kuartalan pada belanja konsumsi pemerintah. Ekspor bersih sedikit positif, tapi ekspor barang dan jasa turun 4,26 persen (YoY), terkoreksi lebih besar dari kuartal sebelumnya," jelasnya dalam catatan kepada Fortune Indonesia, Senin.
Dari segi industri, transportasi dan penyimpanan memimpin dengan pertumbuhan 14,74 persen (YoY). Lalu, industri akomodasi dan katering yang berhubungan dengan pariwisata, bertumbuh 10,90 persen (YoY). Di sisi lain, industri pertambangan dan manufaktur masih bertumbuh, dengan kenaikan masing-masing 6,95 persen dan 5,20 persen.
Abe menambahkan, konsumsi swasta naik 5,06 persen (YoY), berkontribusi 2,62 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Tapi, secara kuartalan, angka itu turun 0,45 persen, penurunan terbesar sejak 2011, kecuali selama periode Covid-19.
Penyebabnya adalah kenaikan harga dan suku bunga, sehingga berdampak terhadap segmen konsumen yang lebih luas. "Dengan kata lain, daya beli konsumen berpendapatan menengah dan ke bawah sedang terkikis," tulis Abe.
Lebih lanjut, realisasi pertumbuhan PDB Indonesia di kuartal III juga lebih rendah dari proyeksi BRI Danareksa Sekuritas, yakni 4,98 persen (YoY). Menurut Tim Riset BRI Danareksa Sekuritas, penggerak utamanya masih belanja konsumen.
BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan pertumbuhan moderat di kuartal III akan disertai oleh peningkatan di kuarta IV 2023. "Utamanya didukung oleh operasi fiskal yang lebih kuat seperti belanja pemerintah sebesar Rp1.100 triliun, stimulus tambahan melalui bantuan langsung, dimulainya kampanye pemilu, dan upaya pemerintah untuk mempercepat penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN)," jelas Chief Economist & Debt Research Division Head BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto.
Lalu, BRI Danareksa Sekuritas juga memproyeksikan PDB Indonesia akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,06 persen di akhir 2023.