Jakarta, FORTUNE - Lembaga riset JakPat (Jajak Pendapat) melaporkan setidaknya tiga dari 10 pengguna fintech memiliki layanan Paylater pada paruh pertama 2024.
Adapun, layanan paylater itu mengacu saat pengguna memilih opsi metode itu ketika checkout di layanan e-commerce atau aplikasi berbasis layanan lainnya.
Temuan itu JakPat tuangkan dalam laporan Indonesia Fintech Trends — 1st Semester 2024 dengan melibatkan 2.159 responden. Tujuannya, mengetahui perilaku dan kebiasaan pengguna fintech di Indonesia.
Selain paylater, kurang dari 10 persen responden juga memiliki platform pinjaman online yang bisa memberikan kredit berupa kas. Terkait platform fintech kredit, 4 dari 5 orang menyatakan mereka menggunakan Pinjol karena dana cepat cair. Selain itu, proses cepat (78 persen), dan persyaratan mudah (74 persen) saat mendaftar pinjol.
Tiga dari 4 responden memakai dana pinjaman tersebut untuk kebutuhan mendesak, ada juga yang menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari (45 persen), membayar tagihan (40 persen), hingga kebutuhan hiburan (17 persen).
Melihat hal itu, Lead Researcher Jakpat, Farida Hasna menilai, pinjol telah menjadi salah satu solusi multifungsi dalam pengaturan keuangan pribadi masyarakat saat ini.
"Mayoritas masyarakat memanfaatkan pinjol untuk kebutuhan mendesak, namun tidak sedikit, terutama Generasi Z, yang menggunakannya untuk kebutuhan tersier seperti membeli tiket konser. Proses yang cepat dan persyaratan yang mudah saat mendaftar juga menjadi faktor penarik utama," ujarnya.
Sebagai contoh, BCA. selaku salah satu bank yang kini menawarkan layanan paylater, melaporkan pengguna Paylater BCA melejit 108 persen sejak Januari sampai dengan Mei 2024. Sementara outstanding layanan itu naik 94 persen pada periode yang sama.
EVP Corporate Communications & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menjelaskan, inovasi produk itu dilakukan secara rutin. "Kami saat ini ada grup-grup kecil yang mempermudah setiap inovasi bisa dilakukan di di-exercise dengan lebih baik," kata Hera saat ditemui di Menara BCA awal pekan ini, dikutip Selasa (16/7).
Penggunaan fintech secara lebih detail
Fokus laporan itu adalah jenis pembayaran digital, yakni: dompet digital (e-wallet), platform banking (mobile, internet, dan digital), serta buy now pay later/BNPL. Topik lain juga termasuk jenis-jenis fintech, yaitu: e-wallet, paylater, pinjaman online (pinjol), crowdfunding, dan peer 2 peer (P2P) lending.
Hasilnya, 93 persen responden melakukan pembayaran digital, diikuti oleh platform banking (49 persen), dan paylater (33 persen). Lebih lanjut, e-wallet mendominasi pembayaran, baik secara langsung maupun daring.
Dibandingkan semester lalu, atau paruh kedua 2023, penggunaan pembayaran digital pada tiga kategori ini meningkat, dengan perindian: e-wallet (75 persen), platform banking (45 persen), dan paylater (25 persen).
"Kami melihat lonjakan signifikan dalam aktivitas masyarakat yang beralih ke pembayaran digital. Hal itu disebabkan oleh semakin mudahnya penggunaan fintech, yang mana masyarakat kini lebih mengutamakan kemudahan dan kenyamanan (user-friendly)," ujar Hasna.
Secara umum, ada sejumlah pertimbangan responden dalam memilih platform fintech, yang meliputi: metode pembayaran yang mudah (62 persen), aplikasi yang ramah pengguna/user-friendly (55 persen), dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan/OJK (45 persen).
Lebih lanjut, hampir semua responden menggunakan aplikasi e-wallet (96 persen), disusul paylater (31 persen) dan pinjaman daring yang memberikan uang tunai (8 persen). Kemudian, 97 persen responden memakai platform mobile/internet banking. Sementara itu, responden yang menggunakan platform digital banking berjumlah 77 persen.
Sebanyak 69 persen responden mengaku memakai e-wallet untuk transfer uang. Ada juga yang memanfaatkan dompet digital ini sebagai alat pembayaran saat belanja online (67 persen) dan membayar tagihan (66 persen). Adapun, lebih dari 40 persen responden menggunakan aplikasi ini 1-3 kali sepekan.
Aktivitas keuangan lain yang juga dilakukan, baik secara digital maupun konvensional, yakni: menabung (34 persen), membayar kredit (29 persen), investasi (20 persen), dan asuransi (20 persen).
Lebih dari 80 persen responden menyatakan mereka menggunakan aplikasi banking, baik mobile/internet dan/atau digital, karena menghemat waktu (87 persen), dan layanan tersedia 24 jam (82 persen).