FINANCE

Saingi IMF, Cina Makin Berperan Jadi Kreditur Utama Dunia

Namun, banyak yang mengkhawatirkan pinjaman dari Cina.

Saingi IMF, Cina Makin Berperan Jadi Kreditur Utama DuniaBendera Cina. (Pixabay/SW1994)
14 September 2022

Jakarta, FORTUNE – Cina kini semakin memantapkan posisinya sebagai kreditur atau pemberi utang utama dunia, bahkan menyaingi keberadaan International Monetary Fund (IMF).

Melansir Fortune.com, Rabu (14/9), Cina disebut telah mengeluarkan puluhan miliar pinjaman bagi negara-negara yang rentan dalam beberapa tahun terakhir. Ditengarai, kredit dalam bentuk pinjaman darurat ini adalah bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) yang dimulai Beijing sejak 2013 dengan nilai mencapai US$900 miliar.

Peneliti Bank Dunia mencatat, sekitar 60 persen peminjam dana dari Cina adalah negara-negara berpenghasilan rendah yang saat ini terperosok dalam kesulitan utang, atau berisiko tinggi. Pinjaman darurat yang diberikan, umumnya berlaku dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan pinjaman infrastruktur yang sifatnya lebih lama. Dengan demikian, pinjaman dari Cina bisa menjadi alternatif utang, selain IMF yang biasanya memiliki tempo pinjaman jangka panjang.

AidData, laboratorium penelitian di Universitas William & Mary yang berfokus pada kegiatan pembiayaan global Cina, menyebutkan sejak 2017, Beijing telah memberikan pinjaman darurat kolektif sebesar US$32,8 miliar ke Sri Lanka, Pakistan, dan Argentina.

Selain itu, Cina juga menawarkan pinjaman darurat kepada negara-negara Eropa Timur, seperti Ukraina dan Belarusia; negara-negara Amerika Selatan, misalnya Venezuela dan Ekuador; negara-negara Afrika, antara lain Kenya dan Angola; serta Laos, Mesir, dan Mongolia.

Risiko pinjaman darurat rahasia

Ilustrasi aplikasi pinjaman.
ShutterStock/AndriiYalanskyi

Namun, seperti ditulis oleh Fortune.com,  peneliti Bank Dunia, mengatakan bahwa pinjaman yang diberikan oleh Cina ini memiliki risiko yang cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, Cina memiliki kebijakan pinjaman darurat luar negeri yang bersifat rahasia. “Pemberi pinjaman Cina menerapkan kerahasiaan yang ketat dari debitur mereka dan tidak merilis rincian pinjaman mereka,” katanya.

AidData bahkan menyebutkan, setengah pinjaman dari Cina ke negara-negara berkembang tidak dilaporkan dalam statistik utang resmi. Menurut AidData, hal ini dilakukan untuk menjauhkan utang tersebut dari neraca pemerintah, dan lebih mengarahkannya pada perusahaan milik negara dan bank-bank Cina, usaha patungan, atau lembaga swasta.

Hingga saat ini ada lebih dari 40 negara berpenghasilan rendah dan menengah, memiliki utang ke Cina lebih dari 10 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mereka. Data Statista menunjukkan beberapa negara yang memiliki utang jumbo terhadap Cina di antaranya, Angola yang utangnya mencapai 40 persen dari PDB, Djibouti 39 persen, dan Maladewa 38 persen dari PDB.

Hampir 70 persen negara termiskin di dunia akan membagikan US$52,8 miliar tahun ini untuk membayar utang, dan lebih dari seperempat jumlah tersebut mengalir ke Negeri Panda. 

Istilah ‘jebakan utang’

Ilustrasi Utang/William Poter

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.