Mengapa Verifikasi Bank Pakai Nama Ibu Kandung? Ini Sejarahnya
Saat ini dianggap sudah kurang relevan.
Fortune Recap
- Penggunaan nama ibu kandung dalam verifikasi bank sudah diterapkan sejak 1882.
- Keputusan menggunakan nama ibu kandung didorong oleh alasan sosial dan budaya, karena nama ayah kurang bisa diandalkan sebagai identitas universal.
- Dalam konteks budaya patriarki, penggunaan nama gadis ibu kandung dianggap lebih sulit diketahui, tetapi terkait dengan kritik terhadap budaya patriarki dan dianggap tidak relevan karena teknologi baru.
Saat melakukan verifikasi data dalam layanan perBankan, salah satu informasi yang diminta oleh petugas adalah nama ibu kandung atau nama gadis ibu kandung. Hal ini tentu sering Anda temui saat membuat rekening baru, mengganti kartu ATM, atau layanan lainnya.
Namun, tahukah Anda mengapa verifikasi bank wajib memakai nama ibu kandung? Sebenarnya metode ini sudah ada sejak lama.
Ada beberapa pendapat tentang awal mula penggunaan nama ibu kandung sebagai metode verifikasi dalam Layanan Perbankan. Berikut selengkapnya di bawah ini.
Sudah diterapkan sejak 1882
Dalam sejarahnya, penggunaan nama ibu kandung sebagai metode verifikasi telah lama diterapkan dalam industri perbankan. Sejarah mencatat bahwa penerapan ini bermula sejak 1882.
Saat itu, Frank Miler mengembangkan sistem keamanan dalam "Miller's Codebook" yang mencakup penggunaan nama ibu kandung sebagai bagian dari proses autentikasi dalam pengiriman uang antarbank melalui telegraf, sebuah sistem yang diterapkan di Eropa.
Nama ayah kurang bisa diandalkan
Keputusan untuk menggunakan nama ibu kandung, alih-alih nama ayah, didorong oleh alasan sosial dan budaya. Saat itu, di beberapa komunitas banyak individu yang tidak mengenal atau bahkan tidak memiliki hubungan dengan ayah mereka.
Hal itu menjadikan nama ayah kurang dapat diandalkan sebagai identitas yang universal.
Nama gadis ibu kandung lebih sulit diketahui
Selain itu, dalam konteks budaya patriarki, ada norma yang mengharuskan perempuan mengganti nama belakang mereka setelah menikah. Biasanya para perempuan menggunakan nama belakang suami mereka.
Penggunaan nama belakang suami menjadikan nama gadis ibu kandung dianggap lebih spesifik dan lebih sulit diketahui oleh orang lain selain keluarga inti.
Sebab itu, banyak institusi keuangan di luar negeri yang memilih untuk menggunakan nama gadis ibu kandung dalam sistem verifikasi mereka. Asumsinya nama tersebut lebih unik dan sulit ditebak oleh pihak luar.
Lekat dengan budaya patriarki
Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan nama ibu kandung sebagai kata sandi keamanan tidak lepas dari kritik terkait dengan pengaruh budaya patriarki yang melatarbelakanginya.
Dalam masyarakat yang lebih egaliter atau dalam konteks yang lebih modern, penggunaan metode ini sering dipertanyakan karena berkaitan dengan stereotip gender dan ketidaksetaraan dalam sejarah pengaturan identitas dan data pribadi.
Dianggap sudah tidak relevan
Meski penggunaan nama ibu kandung telah lama dilakukan, keamanan penggunaan nama tersebut dalam verifikasi layanan bank kini dianggap makin tidak relevan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, metode verifikasi yang lebih aman seperti otentikasi dua faktor (2FA), biometrik, atau penggunaan password yang lebih kompleks, telah menggantikan metode tradisional seperti pertanyaan keamanan berbasis nama ibu kandung. Teknologi baru ini menawarkan lapisan perlindungan yang lebih kuat dan lebih sulit untuk dibobol.
Penggunaan nama ibu kandung sebagai metode verifikasi bank kini dianggap lebih mudah diprediksi atau ditemukan melalui pencarian online atau peretasan data. Oleh karena itu, bergantung pada informasi ini untuk mengamankan akun atau transaksi finansial dapat menambah risiko terhadap privasi dan keamanan pengguna.
Kemudian, sejumlah negara kini lebih memperhatikan isu-isu privasi dan perlindungan data. Regulasi seperti General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa mendorong lembaga keuangan untuk mencari metode autentikasi yang lebih aman dan menghormati hak privasi individu, menjadikan penggunaan nama ibu kandung dalam verifikasi semakin tidak sesuai dengan standar perlindungan data yang lebih ketat.