Bunga Acuan BI Diproyeksikan Tetap 6,25%, Ini Faktornya
Pilkada & Ramadan dorong konsumsi domestik RI.
Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap mempertahankan Suku Bunga Acuannya di angka 6,25 persen hingga kuartal IV tahun ini. Hal ini diungkapkan oleh riset Oxford Economics yang digagas oleh Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), sebuah lembaga internasional yang menaungi para chartered accountant.
ICAEW Head of Indonesia, Conny Siahaan mengungkapkan, penurunan suku bunga acuan diprediksi baru akan terjadi setelah Federasi AS memulai siklus penurunan suku bunganya sendiri pada bulan September.
"Hasil riset Oxford Economics ini juga memprediksi bahwa suku bunga akan turun sebesar 25 bps pada akhir kuartal keempat tahun ini," kata Conny melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (14/6).
Menurutnya pemotongan suku bunga ini juga diharapkan dapat mendorong aktivitas ekonomi, dengan menurunnya biaya pinjaman dan meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat.
Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa daya konsumsi masyarakat akan tetap terjaga untuk saat ini, selama kebijakan moneter serta tingkat suku bunga riil dan tingkat inflasi juga terjaga.
Pilkada & Ramadan dorong konsumsi domestik RI
Di sisi lain, ICAEW menulai pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama sebesar 5,1 persen (yoy) ini didorong oleh konsumsi domestik, terutama dengan pengeluaran terkait Pemilu di sektor publik, yang juga terbantu oleh transaksi Ramadan dan Idulfitri.
Tentunya hasil positif di kuartal pertama 2024 ini menandai hasil terbaik Indonesia sejak kuartal dua tahun lalu, bahkan melampaui ekspektasi. Bahkan, Pemilu hingga Pilkada juga diprediksi bakal mendorong konsumsi domestik RI hingga akhir tahun.
Seperti negara tetangga Singapura, yang juga mengalami pertumbuhan di sisi konsumsi domestik karena kenaikan penjualan ritel, konsumsi rumah tangga di Indonesia juga diperkirakan akan terus meningkat.
“Perekonomian Asia Tenggara masih menunjukkan hasil yang relatif kuat, terutama di Indonesia dibandingkan dengan paruh keempat tahun lalu," kata Conny.
Meskipun konsumsi rumah tangga disinyalir akan mengalami kesulitan karena hambatan terkait kebijakan moneter, namun diharapkan konsumsi rumah tangga dapat tetap menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Melalui riset ini, kami berharap setiap pihak yang terlibat dan berperan dalam menggerakkan roda ekonomi bisa memanfaatkan setiap peluang dan sekaligus mengambil langkah-langkah cermat yang dapat membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi ASEAN ke arah yang lebih baik dan stabil di masa depan," pungkasnya.