Banyak Nasabah Saldo 0 di Bank Digital, Jadi Beban?
Sejumlah bank digital mengakui nasabah aktifnya hanya 40%.
Jakarta, FORTUNE - Sejumlah bank digital masih mencatatkan porsi nasabah aktif yang minim di tengah tren peningkanan nasabah. Hal tersebut dinilai membebani operasional bank digital. Selain harus menyimpan data nasabah, sejumlah bank digital masih menawarkan bebas biaya administrasi kepada nasabah setiap bulannya. Sedangkan nasabah tak dibatasi untuk minimal saldo di dalam rekeningnya. Dengan begitu, nasabah bisa saja membuat rekening bank digital dengan saldo rekening Rp0.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat perbankan sekaligus Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyebut kondisi nasabah pasif ini sangat membebani bank. Oleh karena itu, bank harus terus berinovasi meningkatkan minat nasabah menabung di bank digital.
“Bankir bank digital harus mencari cara bagaimana menumbuhkan kepercayaan masyarakat sehingga mau mempercayakan sebagian besar uangnya ke bank digital,” kata Trioksa saat dihubungi Fortune Indonesia, Senin (25/6).
Tak hanya itu, pemimpin bank digital harus pintar memutar otak agar dapat menutup biaya administrasi dari nasabah pasif tersebut. Menurutnya, bank digital perlu untuk membuat biaya pencadangan dari beban operasional tersebut.
“Pos untuk menutup beban (operasional) ini agak sulit karena bank digital sudah tergolong besar dalam berinvestasi di bidang teknologi. Dan memang perlu cadangan beban untuk memberikan stimulus kepada masyarakat sehingga mau beralih ke bank digital,” kata Trioksa.
Beban Nasabah Saldo 0 BCA Digital
Hal senada juga terpikirkan oleh Direktur Utama (Dirut) BCA Digital Lanny Budiati. Dirinya mengatakan, jumlah nasabah yang tinggi tidak menjamin nasabahnya aktif menggunakan layanan keuangan. Oleh sebab itu, dirinya sangat bersyukur telah memiliki total nasabah 806 ribu dalam setahun.
"Banyak (nasabah percuma) juga kalau kemudian saldonya Rp 0 atau tidak aktif itu cuma membebani kan, jadi tidak berguna. Kami ingin nasabah yang masuk adalah nasabah yang teredukasi dengan baik dan kemudian tahu cara pakai blu," kata Lanny dalam konferensi pers di Thamrin Nine Ballroom, Jakarta, Jumat (22/7).
Lanny juga menyatakan, tidak semua nasabah BCA Digital merupakan nasabah BCA. Tercatat, hanya 35 persen dari nasabah BCA Digital merupakan nasabah BCA. Sedangkan 65 persen lainnya bukan nasabah Bank BCA.
Tak hanya itu, dirinya juga menyebut nasabah BCA digital terdiri dari sejumlah generasi, yakni 49 persen generasi Z, 39 persen generasi milenial, 11 persen generasi X, dan 1 persen generasi baby boomers. Dirinya juga menambahkan, para pengguna tersebut telah membukukan Dana Pihak Ketiga (DPK) senilai Rp4,4 triliun di Juli 2022.
"Jadi buat kami 806 ribu nasabah itu good, asal itu nasabah yang aktif. Jadi maunya bukan (menggaet) sebanyak-banyaknya nasabah, bukan itu tujuan kami," kata Lanny.
Nasabah aktif Allobank hanya 40%
Sebagai pemain baru, sejumlah bank digital memang bertekat untuk memperluas penetrasi nasabah sebagai branding dari bank tersebut. Sebut saja Allo Bank yang memperkenalkan diri melalui pagelaran megah Allo Festival 2022. Bahkan, Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo menyebut strategi tersebut berhasil menjaring nasabah.
“Pertumbuhan jumlah Nasabah Allo Bank mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan posisi akhir Mei 2022, jumlah nasabah sudah mendekati 1 juta nasabah,” kata Indra kepada Fortune Indonesia (10/6).
Indra tak pungkiri, saat ini nasabah aktifnya memang baru 40 persen. Namun, ia optimistis bisa menarik nasabah hingga 10 juta pada akhir 2022 dengan dukungan seluruh ekosistem CT Corp.
Nasabah BNC tembus 18 juta, hanya 40 persen aktif bertransaksi
Selain Allo Bank, wajah bank digital yang tak kalah eksis ialah Bank Neo Commerce (BNC). Bank berlogo kucing keberuntungan ini masih gencar membidik nasabah, namun lebih tersegmentasi.
Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan menjelaskan, pihaknya masih mengarahkan sejumlah biaya operasional seperti program gratis biaya transfer antar bank hingga biaya administrasi nasabah ke beban promosi. Karenanya, pada laporan keuangan BNC hingga April 2022, beban promosinya mencapai Rp190,8 miliar. Angka ini meroket dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp1,76 miliar.
Tjandra tak khawatir. Dengan campaign yang kuat, BNC mampu menjaring hingga 18 juta nasabah. Meski demikian, hanya 40 persen nasabah yang aktif bertransaksi.
“Tahun ini, promo kami sudah lebih fokus. Tidak seperti pemain baru yang menggebrak bahkan lebih heboh. Kami tidak perlu, kami lebih ke kemitraan,” kata Tjandra ketika ditemui di bilangan SCBD Jakarta (22/6).
Pihaknya juga masih tetap optimis dapat terus meningkatkan nasabah dengan pembentukan ekosistem digital dengan kemitraan. Dirinya juga berharap pada akhir 2022 jumlah nasabahnya bisa tembus hingga 30 juta.