Jakarta, FORTUNE - Daerah perlindungan laut (marine protected area/MPA) Nusa Penida, Bali, yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya, telah diakui sebagai Hope Spot dalam Mission Blue, gerakan lingkungan yang didukung oleh Rolex Perpetual Planet Initiative. Inisiatif ini ditujukan untuk membantu individu dan organisasi dalam memanfaatkan teknologi untuk melestarikan alam dan sistem yang mendukung kehidupan.
MPA Nusa Penida mencakup 20.057 hektare di sekitar tiga pulau Bali, yakni Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan. Kawasan ini berada di jantung Segitiga Karang, pusat keanekaragaman hayati laut dunia, dengan lebih dari 570 spesies ikan karang dan 300 spesies terumbu karang.
Setiap tahunnya, ribuan wisatawan datang untuk snorkeling dan menyelam bersama ikan manta, sunfish, dan penyu. Namun, di balik kemegahan alam tersebut masyarakat perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan laut. Untuk itu, Rolex bersama Mission Blue melibatkan para aktvis dan ahli ekologi yang bekerja untuk menjaga keseimbangan ekologi, budaya, dan ekonomi di wilayah ini, yaitu Rili Djohani dan Wira Sanjaya, yang dinobatkan sebagai Hope Spot Champion.
Melibatkan komunitas lokal dalam konservasi
Rili, ahli ekologi laut dan pendiri Coral Triangle Center (CTC), bekerja sama dengan komunitas lokal dan pemerintah untuk mengelola MPA ini.
"Sangat penting untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan memanfaatkan Hope Spot ini, sehingga tidak ada pihak yang merasa diabaikan," ujar Rili dalam keterangan resmi.
CTC mendukung pengembangan mata pencaharian ramah lingkungan bagi masyarakat lokal, seperti budidaya rumput laut dan ekowisata. Rili dan Wira menjalankan program penyuluhan konservasi dan pelatihan bagi para petani rumput laut. Upaya ini turut mendorong masyarakat menjadi pelindung lautnya sendiri.
Salah satu proyek utama mereka adalah rehabilitasi hutan mangrove, dengan lebih dari 10.000 bibit mangrove baru telah ditanam.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan laut, Rili dan Wira memanfaatkan seni tradisional Indonesia. Mereka menciptakan pertunjukan boneka wayang yang mengangkat isu-isu kontemporer seperti pencemaran laut dan plastik.
"Kami sering mengadakan pertunjukan yang bertujuan untuk melibatkan komunitas, baik dewasa maupun anak-anak, dalam berdiskusi dan berpikir tentang solusi," kata Djohani.
Upaya meningkatkan kesadaran global akan pentingnya melindungi ekosistem laut terus dilakukan sejalan upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai target perlindungan 30 persen perairannya, yakni sekitar 97,5 juta hektare, dengan membagikan metode dan pengalamannya kepada konservasionis lain di seluruh dunia.
Program-program tersebut tidak saja memastikan MPA Nusa Penida sebagai tujuan wisata, tetapi juga model keberhasilan konservasi laut yang menggabungkan kesejahteraan lokal dengan perlindungan ekosistem kritis.