Bernard Arnault Kehilangan US$13 Miliar Akibat Ekonomi Cina

Cina menyumbang 16% dari pasar barang mewah dunia.

Bernard Arnault Kehilangan US$13 Miliar Akibat Ekonomi Cina
Bernard Arnault (Wikimedia commons/jeremy barande)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kekayaan Bernard Arnault, CEO LVMH, mengalami penurunan drastis hingga US$13 miliar atau sekitar Rp201,5 triliun dalam satu hari, seiring dengan reaksi pasar yang mengecewakan terhadap rencana pemulihan ekonomi Cina.  Arnault, yang sempat jatuh ke posisi kelima dalam daftar orang terkaya dunia, kembali naik ke posisi ketiga beberapa minggu lalu ketika Cina mengumumkan langkah-langkah stimulus baru. Namun, minggu ini, kekayaannya kembali tergerus akibat ketidakpastian terkait pelaksanaan rencana tersebut. Demikian dilaporkan Fortune.com.

Rencana stimulus yang diumumkan akhir bulan lalu mencakup bantuan untuk pasar saham dan sektor properti Cina. Namun, kurangnya perincian lebih lanjut memicu aksi jual saham yang menyebabkan penurunan harga saham LVMH hingga 7 persen pada hari Selasa (8/10). Nilai kepemilikan Arnault turun sekitar US$13 miliar sebelum pulih sedikit pada Rabu (9/10) dengan kerugian yang lebih kecil sebesar US$6 miliar.

Tak hanya sektor barang mewah yang terdampak, saham komoditas juga mengalami penurunan akibat ketidakpastian investor terhadap prospek ekonomi Cina.

Hingga saat ini, Cina merupakan pasar krusial bagi industri barang mewah global. Pada tahun 2023, ketika negara tersebut masih berusaha bangkit dari dampak pandemi, Cina menyumbang 16 persen dari pasar barang mewah dunia menurut Bain & Co. 

“Pengeluaran konsumen Cina benar-benar mempengaruhi kinerja merek barang mewah,” kata Mario Ortelli, mitra pengelola Ortelli & Co. "Jika dan ketika kepercayaan konsumen Cina meningkat, kita bisa melihat lonjakan harga saham barang mewah."

Meskipun Arnault telah turun ke posisi keempat orang terkaya dunia, ia masih memiliki kekayaan senilai US$191 miliar. Sementara itu, masih ada harapan bahwa rencana stimulus besar-besaran Cina akan mampu mendorong pemulihan ekonomi, hingga mungkin membawa Arnault kembali ke puncak daftar orang terkaya.

Dampak perubahan konsumen di Cina

Ada perubahan dalam dinamika konsumen Cina yang berbelanja di luar negeri saat bepergian. Namun, pemulihan lambat di Cina dalam beberapa tahun terakhir telah merugikan industri barang mewah secara keseluruhan, kecuali beberapa merek, seperti Hermès.

Lebih lanjut, situasi ekonomi dan perubahan konsumen juga berdampak pada LVMH. Pada paruh pertama 2024, pendapatan LVMH menyusut 1 persen menjadi €42 miliar, dengan segmen anggur dan minuman kerasnya mengalami kerugian paling besar. Saham perusahaan turun 9 persen sepanjang tahun ini.

"Jika dan ketika kepercayaan konsumen Cina meningkat berkat lingkungan ekonomi yang lebih baik, bisa diperkirakan lonjakan besar lain pada harga saham barang mewah, seperti yang kita saksikan pada minggu di mana stimulus Cina diumumkan," kata Maria.

Asia (tidak termasuk Jepang) menyumbang 31 persen dari penjualan LVMH pada 2023, dan Cina berkontribusi besar. Namun, ketidakpastian di pasar barang konsumsi kelas agaknya masih berlangsung lama, sehingga banyak pelaku industri mengoreksi peringatan laba hingga merombak seluruh bisnis mereka. 

Meskipun terpengaruh situasi ekonomi Cina, bisnis LVMH masih berjalan dengan baik. Perusahaan Prancis ini telah melakukan sejumlah kesepakatan penting dan masuk ke industri baru. LVMH belum lama ini berinvestasi pada produsen jaket ski Moncler, mengakuisisi majalah selebritas Prancis Paris Match, dan kesepakatan sponsor selama 10 tahun dengan Formula One.

Related Topics

CinaKrisis Ekonomi

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil